19

229 32 0
                                    

Awalnya Ray tidak menyadari kehadiran Yuna, tapi setelah merasa si pelayan terkesan gugup dan aneh, Ray memperhatikannya saat ia sudah putar balik dan hendak pergi.

Segera Ray melihat ikat rambut yang digunakan pelayan tersebut sama dengan ikat rambut yang selalu digunakan Yuna ke sekolah. Ikat rambut unik dengan hiasan bunga bunga permata imitasi. Padahal Ray tidak berpikiran untuk menahan Yuna jika bertemu dengannya lagi. Tapi hati berkata lain, segera badannya beranjak dari kursi dan menahan tangan Yuna.

Mama Ray yang melihat anaknya menahan seorang pelayan buru buru berdiri mendekati Ray.

"Yuna?" Kata Ray dengan sedikit ragu.

Mama Ray langsung terkejut saat Ray memanggil pelayan itu Yuna. "Nak Yuna? Itu benar kamu?" Panggilnya.

Yuna sempat bimbang antara jujur atau harus pura pura tidak kenal. Tapi akhirnya ia pilih jujur saja. Yuna pun menoleh kearah anak dan ibu itu. Lalu pura pura kaget seolah olah baru menyadari kehadiran mereka, "Ray? Oh, tante?"

"Astaga! Nak Yuna..." mama Ray langsung memeluk Yuna. Yuna kaget tiba tiba dipeluk, ia hanya bisa berdiri diam.

Mama Ray, tante Sharon, memang dulu sangat menyukai Yuna. Selain karena Yuna sering main bersama Ray, mama Sharon yang tidak mempunyai putri sudah menganggap Yuna seperti putrinya sendiri. Orang tua Yuna juga memiliki hubungan yang baik dengan orang tua Ray.

Yuna bisa merasakan pelukan hangat seorang ibu, tante Sharon juga mengelus pelan rambut Yuna. Setelah puas memeluk Yuna, Sharon menatap Yuna lekat, "Yuna, kamu kenapa bekerja disini? Kamu juga kelihatan pucat dan kurus..."

Rasanya Yuna tidak mungkin mengatakan keadaan sebenarnya, "ah, Yuna hanya mau cari pengalaman kerja selama libur tante." Jawab Yuna sambil memberikan senyum terbaik agar tante Sharon tidak perlu khawatir lagi.

"Astaga... kamu bilang apa nak? Kamu masih sekolah, anak sekolah kewajibannya belajar dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Kerja itu nanti ada waktunya..." Sharon tetap khawatir melihat Yuna yang memang tampak letih, lesu, dan ada kantong mata hitam yang terlihat cukup jelas.

Pasalnya, Sharon memang sudah begitu menyayangi Yuna. Yuna anak yang baik, sopan, dan ceria. Mama Yuna, Mirae adalah sahabat baik Sharon. Mereka sudah saling kenal sejak SD, sama seperti Yuna dan Ray yang sudah saling kenal sejak SD.

Sejak Mirae dan suaminya meninggal karena kecelakaan, Yuna dan adiknya diasuh oleh om dan tantenya. Saat itu Sharon sudah hendak mengajak Yuna dan adiknya tinggal bersama mereka saja, menambah dua anak bukan lah suatu masalah besar, mengingat semua yang sudah Mirae dan suaminya lakukan untuk Sharon dan keluarganya.

Tapi saat itu om dan tante Yuna bersikeras mengasuh Yuna dan mengatakan kalau Sharon tidak dapat dipercaya karena tidak memiliki hubungan darah. Saat itu Sharon juga merasa om dan tante Yuna yang selalu menemani Yuna dan adiknya dipemakaman cukup baik dan peduli terhadap kedua anak malang itu.

Akhirnya Sharon pun membiarkan Yuna diasuh om dan tantenya. Biasanya sebulan sekali atau lebih, Sharon menelepon tante Yuna untuk menanyakan kabar Yuna karena ia merasa cukup khawatir dan rindu dengan Yuna. Ia juga mempunyai firasat tidak enak terhadap om dan tante Yuna.

Tapi tante Yuna selalu menjawab seadanya dan cepat cepat mematikan telepon. Sampai akhirnya nomornya sudah tidak aktif dan tidak dapat dihubungi lagi.

Sekarang, Sharon akhirnya bisa bertemu dengan Yuna lagi. Seperti dugaannya selama ini, sepertinya Yuna tidak diperlakukan begitu baik dengan om dan tantenya. Kalau tidak, kenapa ekspresi ceria Yuna yang dulu sudah tidak ada?

"Yuna, sekarang ayo duduk dan makan bersama kami." Ajak Sharon.

Yuna segera menolak, "tidak usah tante, saya harus kembali kerja." Yuna sudah hendak berbalik tapi papa Ray langsung berbicara.

MISSION [ Completed Or Not Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang