5

593 51 17
                                    

"Dibilang juga gue gak mau, maksa amat sih!" Lagi lagi Yuna dipaksa Ray untuk diantar pulang. Yuna heran kenapa Ray begitu ngotot, padahal ia sudah memperlakukan Ray dengan garang.

"Apa akting gue kurang garang ya?" Pikir Yuna.

Ray juga heran, kenapa Yuna sangat ngotot tidak mau diantar pulang? Sebegitu tidak punya harapan kah dia? Ray sudah membujuk Yuna kurang lebih 10 menit tapi Yuna masih keras kepala. Tapi Ray tidak bakal nyerah, ia memasang wajah puppy yang menyedihkan karena ditolak.

Yuna yang melihat itu langsung bergidik ngeri, "lo-"

"Lo masih gak mau gue antar pulang? Lo gak liat gue udah sad gini? Kayak puppy yang dibuang dipinggir jalan." Kata Ray sambil memberikan ekspresi sedih memelas.

Bukannya kasihan Yuna malah memukul lengan Ray, "ih! Omong apa sih lo? Mata lo aja tertutupi poni, bukan puppy yang terbayang tapi macam hantu. Sudah! Hentikan yang lo lakukan sekarang, gue nyerah," Yuna tidak sanggup melihat Ray yang 'katanya' berekspresi puppy. Ia langsung memasuki mobil Ray dan memasang seatbelt, Yuna tidak ingin terjadi kejadian kayak kemarin lagi.

Ray agak tertohok dengan kata kata Yuna. Ini pertama kalinya ia mendengar dikatai kayak hantu.
Sebenarnya sudah banyak orang dibelakangnya yang mengatakan ia mengerikan karena rambutnya yang panjang sampai menutupi mata dan sebagian wajahnya. Tapi Ray nya saja yang tidak tau.

Selama perjalanan Yuna terlihat tersenyum kecil sambil melihat dan mengelus elus hoodie yang ia kenakan. Yuna senang bisa mengenakan hoodie yang katanya hoodie favorit Joo. Ray yang sedari tadi curi curi pandang jadi jengkel. Joo sudah selangkah lebih depan daripada dirinya.

Yuna yang sedari tadi sibuk berkhayal tiba-tiba sadar kalau mobil berjalan bukan kearah rumahnya.

"Lo mau nyulik gue!?"

"Iya." Jawab Ray sambil tersenyum kecil.

"Ihh! Kita mau kemana ini!?"

"Temanin gue bentar."

"Kemana?"

"Hmm itu udah didepan." Jawab Ray sambil menunjuk mall besar yang sudah mulai kelihatan.

Cekrek!

Ray heran kenapa Yuna tiba-tiba memotret jalanan didepan, "ngapain lo?"

"Lagi mau lapor polisi lokasi penculikan gue." Jawab Yuna santai sambil memainkan ponselnya. Segera Ray merebut ponsel Yuna lalu meletakkannya ke laci pintu mobil disampingnya.

"Balikin hp gue! Udah nyulik gue, hp gue juga diambil!" Yuna tidak bisa mengambil hp nya, selain karena ia lagi memakai seatbelt, kalau ia berusaha mengambil berarti ia harus memotong jarak diantara mereka berdua.

"Emang udah ritual kan penculik nyita hp korban biar tidak dilapor?" Ray tersenyum senang melihat ekspresi marah Yuna yang sangat lucu dan hanya diperlihatkan kepadanya.

Sedangkan Yuna sudah sengaja memasang wajah sangar, ngeri, dan kejam, meniru tokoh antagonis dalam komik komik yang pernah ia baca agar Ray menjadi takut. Tapi sepertinya Ray bereaksi sebaliknya.

"Huh!" Yuna melipat tangan didada lalu membuang muka kearah berlawanan dengan posisi Ray duduk.

Ray tidak bisa menahan tawanya lagi, ia tertawa terbahak-bahak. Ia pikir Yuna bakal langsung mengatainya, tapi Yuna diam saja.

"Ngambek, ya?"

Yuna masih bergeming. Sampai akhirnya mobil Ray sudah terparkir di parkiran mall yang dituju.

"Ayo turun." Ray langsung turun dari mobilnya, sepertinya Yuna masih ngambek dan tidak mau turun. Ray pun berjalan ke sisi mobil yang satunya lalu membukakan pintu mobil untuk Yuna.

MISSION [ Completed Or Not Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang