7

375 45 13
                                    

Setelah mengambil tasnya dikelas dan berbicara sepata dua kata dengan Cherry, Yuna berjalan menuju ruang osis. Saat perjalannya menuju ruang osis, Yuna melewati kelas Joo. Ia memperlambat jalannya dan melirik kedalam kelas, tapi bukan Joo yang Yuna lihat, tapi malah Giselle yang sedang merangkul tangan Ray sambil tertawa didepan pintu.

Yuna tidak peduli, mata mereka saling bertemu, tapi Yuna langsung memalingkan muka lalu kembali berjalan. Ray langsung memanggil Yuna, "Yuna."

Yuna terpaksa berhenti lalu menoleh kearah Ray dan Giselle yang masih ada disampingnya. Giselle langsung menatap sinis Yuna.

"Sel, gue pergi dulu ya. Ada yang harus gue bicarakan sama Yuna." Kata Ray sebelum meninggalkan Giselle.

"Eeh? Bicara apa? Kenapa gak bicara disini aja?" Giselle merasa kesal, padahal sudah jarang ia bersama dengan Ray karena Ray akhir akhir ini sibuk dengan urusan osisnya.

"Kita mau bicara tentang festival, gak mungkin disini." Jelas Ray.

"Dia jadi panitia?" Giselle menunjuk nujuk Yuna, "sepertinya dia jadi panitia hanya untuk dekatin lo, Ray. Lebih baik gak usah diterima." Giselle melipat tangannya didada sambil menatap kesal Yuna.

Yuna awalnya tidak mau mempedulikan Giselle, tapi karena Giselle mancing, dia tidak mungkin diam saja.

"Dia amnesia ya?" Yuna balas menunjuk nunjuk Giselle didepan mukanya, "padahal kemarin gue jelas jelas bilang kalau gue gak dekatin Ray, gak suka dan gak bakalan suka sama dia. Lo amnesia atau budeg?"

Giselle menepis tangan Yuna yang menunjuk dirinya dengan kasar. Ray yang melihat situasi mulai memanas langsung menengahi, "Giselle." Suaranya merendah terdengar memperingatkan.

"Kami duluan ya, ayo Yun." Ray langsung menarik tangan Yuna meninggalkan Giselle yang menatap kepergian mereka dengan rasa sebal dan cemas.

"Tuh, kan, gue udah tau bakal begini. Gue gak mau! Tunggu aja.."

Kali ini siswa siswi dikoridor disuguhi pemandangan yang berbeda dengan kemarin. Kemarin Yuna berjalan bersama Joo sambil mengenakan hoodie favorit Joo dan hari ini Yuna jalan bergandengan walau secara sepihak dengan Ray yang hari ini menggemparkan para siswi siswi karena penampilannya yang berubah drastis.

Tapi sifat Ray tetap sama, ia tidak tersenyum didepan banyak orang, dan bersikap dingin. Tapi sebenarnya itulah yang membuat cewek cewek banyak yang menyukainya sekarang. Ia terkesan seperti cowok ganteng cool dan misterius.

Yuna berusaha melepaskan tangan Ray tapi Ray malah menggenggamnya lebih erat. Entah kenapa mereke sedang berjalan bukan menuju ruang osis, tapi menuju tempat parkir.

"Loh? Kita mau kemana?" Tanya Yuna.

"Pulang aja."

"Kalau gitu lepasin tangan gue. Gue pulang naik bus." Kata Yuna sambil berusaha melepas genggaman Ray lagi.

"Gue antar pulang. Gak usah pakai lama, masuk." Kata Ray lalu membukakan pintu mobilnya untuk Yuna. Entah kenapa nada bicara Ray menjadi dingin dan memerintah, padahal biasanya ia santai dan seperti cowok yang sedang mempermainkan cewek.

"Gak. Siapa lo nyuruh nyuruh gue?" Yuna jadi kesal karena melihat tingkah aneh Ray.

Ray menatap Yuna lalu memajukan sedikit badannya, memotong jarak diantara mereka. Yuna meneguk air liurnya karena kali ini tatapan Ray tidak seperti biasanya. Kali ini Yuna bahkan merasa takut melihatnya.

"Lo mau apa!?" Bentak Yuna, ia dipojokkan.

Sebenarnya saat ini Ray masih kesal dengan kejadian tadi. Yuna dan Joo bahkan saling berbisik dengan mesranya. Wajah Yuna juga kelihatan tersipu dengan jelas. Joo sudah jauh diatasnya. Apalagi Yuna sepertinya menyukai Joo. Ia tidak tau usaha apa lagi yang bisa ia lakukan agar Yuna bisa berpaling kepadanya. Setiap hari ia sudah mengantar jemput Yuna, kemarin mereka juga sudah jalan ke mall, makan bersama, bahkan walau penampilan Ray berubah sepertinya tidak dapat menggerakkan hati Yuna.

MISSION [ Completed Or Not Completed ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang