[36] Menemui Seseorang

431 204 110
                                    

•Happy reading••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Happy reading•


Sore sepulang sekolah hari Jumat itu ternyata Devano tidak langsung pulang. Bukan berkumpul bersama teman-temannya, namun laki-laki itu ternyata pergi menemui seseorang. Devano terlihat duduk di depan seorang pria berkacamata.

"Sebaiknya kamu segera memberitahu yang sebenernya ke mereka supaya kita bisa ketemu tanpa sembunyi-sembunyi kayak gini," ucap pria yang duduk di depan Devano.

"Saya gak bisa," tolak Devano. Pria berkacamata itu menghela napas panjang, tampak sudah lelah dengan sikap keras kepala Devano yang tak pernah berubah.

"Kalau kamu mau memebritahu mereka kita bisa mengambil keputusan yang jauh lebih baik. Memangnya kamu—."

Drttt!

"Maaf, sebentar. Ada telepon," kata Devano membuat pria itu tak jadi melanjutkan ucapannya. Pria itu mengangguk mempersilakan Devano untuk mengangkat telepon.

Dari tempat pria itu duduk, dia terus memperhatikan Devano yang sedang menerima telepon, sampai akhirnya Devano kembali menghampiri dirinya. Devano tak duduk lagi, dia berdiri, karena dia harus pergi.

"Dari Mama kamu?" tanya pria itu.

Kepala Devano mengangguk. "Iya."

"Tadi biarkan saya berbicara dulu, kenapa langsung ditutup?"

"Saya harus pergi," kata Devano tak menanggapi ucapan pria itu. Pria itu mengangguk sekali memeprsilakan Devano pergi.

"Silakan. Kalau ada apa-apa hubungin saya," katanya. Devano menatap pria itu sekilas kemudian melangkah pergi.

•••

Andra yang belum jauh melajukan motor dari arah rumah sakit tak sengaja disalip oleh motor yang tak asing di retinanya. Melihat warna motor, plat, helm, serta postur tubuh si pengemudi Andra bisa menebak dengan yakin kalau itu adalah kakaknya.

Andra menambah kecepatana motornya untuk mengikuti motor Devano yang menyalipnya begitu saja. Lumayan jauh mengejar akahirnya Andra bisa menyusul. Dan saat mereka melewati jalan yang bukan jalan raya dengan sengaja Andra memberhentikan motor Devano.

Cittt!

Devano yang sepertinya tadi tak fokus tampak sangat terkejut. Beruntung Devano bisa mengerem dengan tepat dan cepat kalau tidak sudah pasti Andra tertabrak. Kesal, DCevano turun dan langsung emlepaskan helmnya.

"Lo mau mat—Anjing, lo, Ndra. Lo ngapain ngeberentiin gue tiba-tiba? Mau mati?" maki Devano semakin kesla tahu kalau orang yang menghentikannya secara tiba-tiab itu dalaha Andra.

Andra yang dimaki justru menyengir. Laki-laki itu ikut turun dan melepaskan helmnya. "Maaf, Bang," ucap Andra.

"Mau apa?" tanya devano.

"Gak mau apa-apa, sih. Mau tanya aja lo dari mana? Kok dari arah rumah sakit?" tanya Andra membuat Devano jengkel, karena itu sangat penting, tetapi dengan bodohnya Andra sampai menghentikannya seperti itu.

"Goblok!" maki Devano sekali lagi. Kemudian setelah itu devano langsung naik lagi ke motornya, memakai helm lalu melesat pergi meninggalkan Andra.

•••

Jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Di sebuah kafe minimalis yang telah disulap menjadi sebuah basecamp itu terlihat ada beberapa remaja laki-laki yang bukan lain adalah Sean dkk. Jika diabsen malam itu tidak semuanya ada, karena hanya ada Sean, Bian, Dio, Aldo, Putra, dan Rio. Si kembar tak terlihat entah ke mana, sedangkan Devano yang tadi pulang sekolah lebih dulu juga tidak ada kabar.

"Eh, sore tadi pas gue masih di warung Mbak Nunik gue ngelihat Andra balik sama Ane. Agak gemes sendiri gak, sih, kalau diperhatiin Andra malah lebih sering nganterin Ane balik daripada Zena yang pacarnya?" kata Putra.

"Ya, awas aja kalau sampe Andra malah nyakitin Zena padahal Devano udah rela ngalah buat dia," sahut Bian yang juga kesal melihat kedekataan Andra dengan Ane. Bian bukan cemburu, dia hanya tak ingin pengorbanan temannya sia-sia.

"Ceweknya gatel kali," timpal Rio.

"Ane anaknya polos gak, sih?" sahut Aldo yang tak berpikir kalau Ane yang gatal dengan Andra.

"Eh, jangan sembarangannya. Biasanya yang polos malah lebih bahaya. Ya, kan?" celetuk Dio.

"Nah, itu," kata Bian setuju.

"Mau ceweknya gatel, kalau cowoknya setia gak akan sampe mana-mana. Kayak kita ya, kan?" tanya Sean menatap Rio dan Putra bergantian.

"Yoi!" jawab Rio dan Putra kompak.

"Sebenernya itu cewek yang namanya Ane suka gak sih sama Andra?" tanya seseorang dari arah belakang enam remaja yang sedang asyik mengobrol itu. Kompak enam remaja laki-laki itu menoleh ke sumber suara. Didapati ternyata suara itu adalah suara milik Devano.

"Lah, anjir. Sejak kapan lo di sini? Dari mana aja?" tanya Sean yang langsung memburu Devano dengan pertanyaannya.

Devano tak menjawab. Laki-laki mendaratkan pantatnya di samping Rio lalu kembali bertanya tentang Ane. "Suka gak tu cewek sama Andra?"

"Gossipnya sih, iya," jawab Dio yang selalu update tentang gossip-gossip di SMA Adijaya.

"Oh," jawab Devano yang tak lagi penasaran. Tangan Devano bergerak untuk melepaskan jaketnya, namun tak jadi, karena Sean bertanya.

"Terus lo sebenernya dari mana? Kenapa juga balik duluan?" tanya Sean masih penasaran.

"Ehm, tadi gue ketemu temen lama. Dia baru balik dari luar kota," jawab Devano. Sean dan yang lain percaya saja, padahal jika diteliti seperti ada yang sedang Devano sembunyikan.

Tangan Devano kembali bergerak melepaskan jaket yang dia pakai. Dan saat jaketnya sudah terlepas ada sesuatu yang jatuh dari saku jaketnya. Sebelum teman-temannya melihat Devano buru-buru mengambilnya dan langsung memasukkannya ke saku celana.

Sean yang sejak tadi memperhatikan Devano sempat melihat ada sesuatu yang jatuh dari saku jaket Devano, tetapi Sean tak bisa melihat dengan jelas apa itu, karena tangan Devano bergerak sangat cepat untuk mengambilnya. Sean tak ingin bertanya dan tak ingin berpikir yang aneh-aneh pada Devano. Bisa saja itu rokok? Atau mungkin permen? —pikir Sean.

Tebece!

▪▪

D E V A N O
Jan 5, 2021 at 6:49 AM [858 words]
—Yusss—



ig : @storyusss_
ig : @yusssnita_
TikTok : yusssnita

Enjoy this story

ABSQUATULATE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang