[51] Pulang Bareng

549 175 71
                                    

•Happy reading••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Happy reading•


Malam itu tak biasanya Devano mendatangi kamar Andra. Laki-laki berkaos hitam polos itu mengetuk kamar adiknya dan tak lama terlihat pintu kamar Andra terbuka. "Ada apa?" tanya Andra bersandar pada gawang pintu kamar.

"Lo lagi ngapain?" tanya Devano balik.

"Gak lagi ngapa-ngapain. Kenapa?" Devano menerobos masuk ke kamar Andra membuat Andra mengerutkan keningnya heran. Andra berjalan mengekori Devano. "Ada apa, sih? Tumben lo ke kamar gue." Andra sangat penasaran dengan Devano malam itu.

Devano duduk di kursi meja belajar Andra. "Lo gak kasian sama Ane?" tanya Devano tanpa basa-basi.

"Ha? Kasian? Emang dia kenapa?" tanya Andra kesekian kalinya sembari duduk di ujung kasur.

"Lo deketin dia cuma buat pelarian supaya lo lupa sama Zena, kan?"

Andra terkekeh. "Sok tahu. Gue sama Ane emang udah deket dari dulu dan gak ada hubungannya sama Zena," bantah Andra.

"Bang, gue serius. Kalau lo mau ngejar Zena lagi itu hak lo, karena sekarang gue sama Zena udah gak ada hubungan apa-apa."

"Terus lo gimana?"

"Gue udah bilang gue gak pa-pa. Kalau lo bahagia sama Zena, gue juga bahagia," jawab Andra terdengar sangat tulus, meskipun sebenarnya dalam hatinya ada perasaan nyeri yang menyeruak.

"Yang penting gue cuma minta satu hal sama lo."

"Apaan?" tanya Devano.

"Jangan sembunyiin apapun dari gue. Kalau lo ada apa-apa bilang. Inget lo gak hidup sendiri."

Devano menatap Andra dengan tatapan yang sulit diartikan. Entah akan seberapa banyak lagi Devano membohongi orang-orang yang sayang kepadanya. Kepala Devano mengangguk seolah berjanji, padahal kenyataannya sudah ada lagi hal besar yang sedang dia sembunyikan.

•••

"Lo kalau jadi Zena bakal milih siapa?" tanya seorang siswi pada temannya yang duduk di depan kelas XII IPA 1.

"Devano atau Andra?" tanya siswi satunya memastikan. Siswi yang bertanya tadi mengangguk. "Gak bisa milih gue. Semuanya oke,"

"Kalau gue, sih, Devano," sahut siswi lainnya.

"Kalau gue Andra," sahut lainnya lagi.

Devano yang sedang membuang sampah di depan kelasnya dan berniat akan ke kamar mandi tak sengaja mendengar obrolan para siswi itu. Salah satu siswi yang berada di kelas sebelah menyadari kalau ada Devano. "Suts! Ada Devano," bisik siswi itu.

Siswi-siswi tadi langsung masuk ke kelas saat Devano menatap mereka. Devano pun memilih mengabaikan hal itu lalu beranjak menuju kamar mandi.

Sepanjang berjalan di koridor Devano hanya fokus ke depan dengan kedua tangan yang dia masukan ke dalam saku celana seragamnya. Karena ada banyak yang memenuhi kepalanya, Devano sampai tak sadar kalau ada seseorang yang berjalan dari arah berlawanan hingga...

ABSQUATULATE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang