"Memaafkan masa lalu itu bisa menjadi obat luka terbaik."
—Ciize Airazena Zatama—
•Happy reading•
•
•
•Hari telah berganti. Di rumah keluarga Adinata masih dengan rutinitas yang sama di setiap pagi Fina terlihat sudah berada di meja makan membantu Bi Mar menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Tapi yang berbeda pagi itu, Fahresa sudah lebih dulu meninggalkan rumah, karena ada pekerjaan yang harus diurus lebih pagi. Dan Devano pun belum pulang ke rumah sejak semalam. Jadi, sarapan pagi itu hanya ada Fina dan Andra.
Andra yang sudah siap berangkat ke sekolah terlihat berjalan menghampiri Fina di meja makan. Remaja laki-laki yang memiliki senyum manis itu menyapa Fina dengan hangat. "Pagi, Ma," sapanya.
"Pagi, Ndra."
Setelah duduk, Andra melihat wajah Fina. Dari raut wajah Fina, Andra bisa menbak seperti ada yang sedang Fina pikirkan. "Mama kenapa?" tanya Andra.
"Mama khawatir sama Abang kamu. Ini udah pagi, tapi dia belum pulang juga," jawab Fina yang sejak semalam mengkhawatirkan Devano. Fina sudah tahu Devano menginap di rumah Sean, karena semalam Devano sendiri yang memberitahu dirinya. Namun, tetap saja Fina tak bisa untuk tidak mengkhawatirkan Devano.
"Nanti kalau kamu ketemu Abang kamu di sekolah, suruh dia pulang, ya. Mama takut Papa makin marah nanti kalau dia gak pulang," pinta Fina.
"Iya, Ma. Nanti Andra bilang ke Bang Devano."
Fina mengelus puncak kepala putra bungsunya itu. Fina sudah akan duduk menemani Andra sarapan, tetapi saat Fina baru menarik kursi terdengar suara ketukan pintu rumah.
Tok!
Tok!
Tok!
Fina yang mengira itu adalah Devano langsung beranjak dari meja makan menuju pintu. Tangan wanita itu membuka pintu di depannya. Saat pintu terbuka ternyata bukan Devano yang berdiri di sana, melainkan seorang gadis bertubuh mungil dengan rambut panjang. Gadis itu adalah gadis yang kemarin bertemu Devano di kafe, yaitu Ciize Airazena Zatama, atau lebih akrab dipanggil Zena.
Zena berdiri di hadapan Fina dengan senyum manis yang menghiasi wajah mulusnya. Fina yang tahu bahwa gadis itu adalah putri tunggal dari keluarga Zatama langsung merekahkan senyum. Wanita itu pun memeluk tubuh mungil Zena. Zena yang dipeluk dengan penuh kasih sayang membalasnya. Setelah beberapa detik saling berpelukan, Fina melepaskannya, tetapi tangan wanita itu masih menyentuh kedua lengan Zena.
"Ya ampun, Sayang. Tante kangen banget tahu sama kamu."
"Aku juga kangen sama Tante," gadis yang baru saja kembali dari Australia itu tampaknya sangat merindukan seluruh anggota keluarga Adinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSQUATULATE (TERBIT)
Teen FictionCopyright©Yusnita Anggraeni, 2021 Desain sampul by: Javasun Aden Ancasiku LovRinz Publishing Cetakan 1, Desember 2021 Hak cipta dilindungi undang-undang Start: Nov 9, 2020 at 5:19 PM Finish : April 17, 2021 at 6:36 PM [PART MASIH LENGKAP, TAPI MA...