•Happy Reading•
•
•
•Andra sudah lulus dari SMA Adijaya dan sudah pasti Andra menjadi juara umum di angkatannya dan Andra juga lolos seleksi SNBP di salah satu Universitas terbaik di Jogja. Perkuliahan akan dilaksanakan tiga hari lagi dan rencananya hari Kamis itu Andra akan terbang ke Jogja. Sebelum Andra berangkat, Kamis sore itu terlihat Andra berada di makam untuk berpamitan pada Devano.
"Bang, gue udah mau berangkat ke Jogja buat kuliah. Gue bakal jarang banget ke sini, tapi lo tenang aja gue selalu kirim doa buat lo."
"Jagain Papa, Mama, sama Zena, ya. Gue janji sama lo gue di Jogja ga akan aneh-aneh, gue bakal kuliah yang bener."
Andra mengusap nisan Devano sampai—. "Aw!" kaget Andra karena ada sesuatu yang dingin menyentuh pipi kanannya. Andra mendongak untuk melihat siapa orang iseng yang sengaja menempelkan es krim di pipinya. Saat dilihat ternyata itu kekasihnya.
"Aih, sayang. Ngagetin aja kamu, tuh," kata Andra.
Zena menyengir lalu ikut jongkok di samping Andra. "Maaf."
"Eh, Sayang. Kok kamu ke sini? Kan aku udah chat kamu, habis dari makam aku ke rumah," kata Andra.
"Kelamaan. Waktu kita ketemu hari ini tinggal beberapa jam, kalau nunggu kamu ke rumah kita sia-sia in sekitar 20 menit. 20 menit itu berharga apalagi ini hari terakhir kita ketemu," cerocos Zena yang tampaknya sedih, karena akan ditinggal Andra dan setelah ini mereka harus LDR.
"Hush, engga terakhir ketemu. Kan nanti kalau pas libur semester aku pulang. Lagian kita masih bisa telepon, video call."
"Eum, iya. Aku tuh gak sedih kok, cuma—."
"Cuma apa, Sayang? Kamu khawatir sama aku? Tenang aja aku bakal baik-baik aja di sana. Aku juga gak akan aneh-aneh. Janji." Andra mengajukan kelingkingnya. Zena menatapnya sebentar lalu menautkan kelingkingnya pada kelingking Andra.
"Kamu di sini baik-baik, ya. Gak boleh nakal. Aku udah bilang sama Papa, Mama, Tante Vivi, sama Om Jordhi buat awasin kamu. Jadi, kamu ga bisa aneh-aneh," kata Andra sambil menoel hidung mancung Zena.
"Ehm, aku gak akan aneh-aneh, ya!"
"Kuliahnya yang rajin. Ga boleh males-males biar lulusnya cepet biar kita nikahnya juga cepet," goda Andra.
"Ah, kamu!"
Andra terkekeh. "Kamu juga harus belajar sabar nabung kangen sama aku. Pokoknya ke mana aja kamu pergi kabarin, kasih tahu aku. Dan meskipun kita gak bisa ketemu setiap hari aku akan selalu ada buat dengerin cerita kamu, jadi kamu boleh telepon atau video call aku kalau mau cerita. Aku juga boleh telepon atau video call kamu kalau aku kangen kamu, ya!"
"Kayaknya bakal setiap hari, deh. Soalnya kan aku ngangenin," ucap Zena menjulurkan lidahnya
"Udah pasti, sih. Mana bisa aku ga kangen sama kamu. Ya, pokoknya kamu baik-baik di sini, sering-sering kamu ke makam Bang Devano juga," pesan Andra.
"Iya, Andra. Kamu di sana juga baik-baik, ya."
"Siap, Sayang," jawab Andra. "Oh iya, terus itu kamu beli es krim tiga buat kamu semua?" tanya Andra menatap kedua tangan Zena yang penuh dengan es krim.
"Engga, dong. Ini satu buat kamu, satu buat aku, satunya buat Devano," kata Zena membagi es krim yang dia beli.
Andra menatap es krim yang Zena taruh di makam Devano dan Andra jadi ingat saat mereka masih kecil Devano selalu memberikan es krim milik Devano kepadanya dan Andra hanya akan membiarkan Devano menggigit sedikit es krim itu dan baiknya Devano tak pernah protes, bahkan kalau Andra tidak minta milik Devano, Devano akan dengan senang hati memberikan es krimnya kepada Andra.
Selain es krim, sejak kecil Devano juga selalu mengalah dengan dirinya, entah itu mainan atau baju atau hanya sekedar permen. Dan hingga mereka tumbuh dewasa meskipun Devano terlihat tak sedekat dulu dengan Andra, ternyata Devano juga masih rela mengalah dengan Andra. Ya, Devano mengalah dan membiarkan Zena menjadi milik Andra. Senakal apapun Devano selama ini, di mata Andra Devano adalah Kakak terbaik.
"Ndra, dimakan es krimnya. Keburu leleh itu," ucap Zena sadar kalau Andra melamun.
Andra tersadar, sebelum dia membuka es krimnya dia mengambil es krim Zena dan membukakan bungkus es krim milik Zena. "Nih," kata Andra memberikan es krim yang sudah dia buka dari bungkusnya.
Zena tersenyum dengan perlakuan Andra. "Makasih," ucap Zena senang. Sore itu mereka pun menikmati es krim bersama Devano.
•••
Andra sudah di Bandara. Pelukan Fina terasa begitu erat membuat Andra sedih karena untuk pertama kalinya dia harus meninggalkan Fina dengan jarak yang cukup jauh.
"Baik-baik di Jogja. Ponsel harus selalu aktif, ada apa-apa langsung kabarin Papa atau Mama, ya!" pesan Fina setelah dia melepaskan pelukannya.
"Iya, Mamaku sayang. Mama di sini juga sehat-sehat. Oh iya, inget, ya. Andra ga mau punya adek," ucap Andra menatap Papa dan Mamanya bergantian.
"Gak janji sih, Ndra," celetuk Fahresa membuat bibir Andra manyun sangat maju.
Fina menepuk lengan suaminya. "Papa kamu, mah. Pokoknya mamu di sana belajar yang bener biar lulus tepat waktu biar—."
"Biar dapet izin buat langsung nikahin Zena!" sahut Andra.
Fahresa menyahut. "Sekarang aja udah, ayo."
"Ayok! Gas, Pa!" kata Andra sangat semangat.
"Kalian ini. Udah bercandanya, ketinggalan pesawat kamu nanti."
Andra menyengir. Sekali lagi dia memeluk Fina dan kemudian Fahresa. "Andra berangkat dulu, ya," pamit laki-laki itu.
Andra menarik kopernya melambaikan tangan pada Fahresa dan Fina yang juga melambaikan tangan ke arahnya. Kini Andra akan memulai lembaran baru dengan melanjutkan pendidikannya di kota pelajar.
EPILOG
▪
▪▪
D E V A NO
April 20, 2021 at 6:36 PM [897 words]
—Yusss—Thank you for being loyal here. I give a hug away✨
Jangan lupa follow
ig : @storyusss_
ig : @yusssnita_
TikTok : yusssnita
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSQUATULATE (TERBIT)
Teen FictionCopyright©Yusnita Anggraeni, 2021 Desain sampul by: Javasun Aden Ancasiku LovRinz Publishing Cetakan 1, Desember 2021 Hak cipta dilindungi undang-undang Start: Nov 9, 2020 at 5:19 PM Finish : April 17, 2021 at 6:36 PM [PART MASIH LENGKAP, TAPI MA...