[44] Zena Bukan Milik Andra

599 185 119
                                    

"Percuma memaksa, kalau memang bukan untuk kita pasti akan pergi."

—Askano Diandra Adinata—

—Askano Diandra Adinata—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Happy reading•


"Cepat bawa ke UGD!" perintah Dokter Ibra pada perawat. Mereka dengan tergesa-gesa mendorong brankar yang membawa Devano masuk ke dalam UGD. Perawat sudah akan mendorong brankar tempat Devano terbaring. Namun Devano yang saat itu masih sadar meminta mereka berhenti.

"Dev, sekarang bukan saatnya," kata Dokter Ibra memperingatkan.

"S-sebentar," kata Devano terbata-bata. Semua bisa melihat Devano berusaha menahan sakit di kepalanya, tapi bibir pucat laki-laki berusaha sekuat tenaga untuk mengatakan sesuatu.

"N-ndra?" panggil Devano. Devano berusaha mengangkat tangan kanannya untuk menyentuh Andra. Sedangkan tangan kirinya meremat brankar menahan sakit yang kian teramat menyiksa itu.

Tangan dingin Devano akhirnya bisa menyentuh lengah Andra. "Gak u-sah k-khawatir."

"Z-ena cuma m-mi-lik—." Devano tak menyelesaikan ucapannya, karena Devano tak kuat lagi menahan matanya untuk terbuka.

"Cepat bawa masuk!" titah Dokter Ibra. Perawat dan Dokter Ibra segera masuk ke UGD meninggalkan Andra dan yang lainnya.

Zena berdiri menatap pintu kaca UGD, jari-jarinya terus bergerak tak tenang. Melihat Zena yang tak bisa tenang Tiara dan Meisya menghampiri gadis itu dielus kedua bahu Zena, mencoba menenangkan gadis itu. "Lo tenang aja, Devano gak akan kenapa-kenapa," kata Tiara.

Di saat semua terlihat sangat khawatir Andra justru pergi begitu saja. Andra meninggalkan mereka semua. Berjalan sendirian menyusuri lorong sepi rumah sakit.

Bugh!

Andra hampir tersungkur ke lantai ketika Bian tiba-tiba memberinya sebuah pukulan.

"Goblok!" maki Bian.

"Satu hal yang perlu lo tahu. Bukan Devano yang mau rebut Zena dari lo, tapi lo yang rebut Zena dari Devano!" kata Bian penuh penekanan. "Kalau bukan karena Devano, Zena gak akan jadi milik lo," jelas Bian tak bisa lagi menyembunyikan apa yang sebenarnya sudah Devano lakukan untuk Andra.

"Lo ngomong apa, sih, Bang? Dari awal Zena milik gue. Gue gak rebut Zena dari siapapun," tutur Andra.

Bian tersenyum miring mendengarnya. "Lo dengerin gue. Buka telinga lo lebar-lebar."

"Dua tahun lalu Zena itu milik Devano. Mereka itu pasangan yang bahagia. Tapi semuanya berakhir waktu Devano tahu kalau ternyata lo suka sama Zena. Dan lo tahu apa yang Devano lakuin setelah dia tahu kalau lo suka sama Zena?" Bian menjeda ceritanya, mengambil napas untuk mengatur emosinya. "Devano pura-pura selingkuh sama Irine di belakang Zena. Dia ngelakuin itu supaya Zena benci sama dia dan minta putus dari dia dengan harapan lo bakal bisa jadi tempat sandaran Zena."

ABSQUATULATE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang