[50] Perasaan Yang Mudah Berubah

546 182 124
                                    

"Dasar hati. Setelah benar-benar pergi, baru merasa kehilangan. Kemarin ke mana, saja?"

—Ciize Airazena Zatama—

—Ciize Airazena Zatama—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Happy reading•


Tiga hari sudah berlalu, dan di hari kamis itu Devano akhirnya akan kembali berangkat ke sekolah setelah lagi-lagi kemarin dia izin, karena harus masuk rumah sakit. Setelah sarapan bersama Devano berangkat bersama Andra dengan motor masing-masing. Awalnya Andra sudah menawarkan jok motornya untuk Devano, namun Devano ingin mengendarai motornya sendiri. Alhasil pagi itu keduanya sampai di sekolah beriringan.

Tentu saja kedatangan kakak-beradik itu berhasil mencuri perhatian para murid SMA Adijaya yang masih berlalu lalang di parkiran. Ya, seperti biasa, banyak yang mulai membicarakan keduanya.

Setelah memarkirkan motornya Devano dan Andra berjalan bersama untuk menuju kelas masing-masing, tetapi saat mereka masih berada di koridor lantai satu tak sengaja mereka berpapasan dengan Zena yang terlihat juga baru saja sampai. Gadis itu sendirian.

"Dev? Kamu udah berangkat?" tanya Zena yang tidak tahu kalau Devano sudah berangkat sekolah.

"Iya," jawab Devano seadanya.

Di saat ketiganya masih di sana, Ane yang juga baru saja datang berjalan melewati mereka. Awalnya Ane hanya berniat menyapa, tetapi dia didahului oleh Andra. "Ne?" panggil Andra. Ane pun berhenti.

"Iya, Ndra?"

"Bareng, yuk?" ajak Andra.

Ane tak langsung menjawab, gadis itu justru melirik Zena dan Devano yang memperhatikan dirinya. Dan belum jadi dia menjawab, Andra sudah langsung menggandeng tangannya. "Duluan ya, Bang, Na," pamit Andra yang kemudian menarik Ane pergi meninggalkan Devano dan Zena.

Tanpa sadar Zena menatap kepergian keduanya. Sudah sejak Andra putus dengannya, Andra benar-benar menjadi dekat lagi dengan Ane. Andra juga sama sekali tak terlihat galau dan hal itu berhasil mengganggu pikiran Zena sejak kemarin.

Apakah Andra semudah itu melupakannya? —pikir Zena.

"Gue naik dulu," ucap Devano yang tanpa basa-basi langsung meninggalkan Zena.

Zena pun berganti menatap kepergian Devano. Zena merasa mereka berdua seperti menghindarinya dan Zena merasa sekarang keberadaannya sama sekali tak diperhatikan oleh Devano juga Andra. Sangat berbanding terbalik dengan dulu di mana hubungan mereka bertiga masih baik-baik saja.

•••

Pagi itu di kelas XII IPA 2 ada jadwal pelajaran Pak Harto. Guru berbadan sedikit berisi itu pun masuk setelah bel masuk berbunyi. Pak Harto yang baru saja mendaratkan bokongnya di kursi terlihat menatap ke sudut kiri kelas yang di sana sudah ada Devano.

"Devano?" panggil Pak Harto memastikan.

"Hadir," jawab Devano.

Pak Harto menggeleng. "Saya belum mengabsen. Tapi itu benar kamu, Dev?" tanya Pak Harto.

"Iyalah, Pak. Masa setan," jawab Devano membuat seisi kelas menahan tawa.

"Syukur kalau kamu sudah sehat. Semoga setelah ini sudah jangan ke rumah lagi ya, Dev?" Pak Harto memang selalu dibuat naik darah oleh Devano cs, tetapi tetap saja Pak Harto peduli dengan salah satu muridnya yang pintar itu.

"Iya, Pak."

Kemudian Pak Harto segera memulai kegiatan pembelajaran hari Kamis itu.

•••

Di kelas, Zena menjadi diam. Sekitar pukul sepuluh itu, ketika kelasnya tak ada guru Zena terlihat menenggelamkan kepalanya di atas kedua tangannya yang dia lipat di atas meja.

"Kenapa, Na? Lo sakit?" tegur Tiara yang duduk di sampingnya.

Zena mengangkat kepalanya dan menatap Tiara yang menatapnya khawatir. "Engga," jawab Zena.

"Terus kenapa lo diem aja?" tanya Tiara menyadari kalau sejak pagi Zena lebih banyak diam.

Zena mengubah posisi duduknya menghadap ke kursi Tiara sehingga tidak memunggungi Meisya yang duduk di belakangnya. "Kok aku ngerasa Devano sama Andra makin jauh, ya, sama aku?"

"Apalagi Andra. Meskipun dia masih sering nyapa, tapi sikap dia bener-bener beda banget ke aku," cerita Zena.

Tiara dan Meisya saling menatap.

"Ehm, gimana ya, Na. Tapi wajar kalau Andra kayak ngejauh, mungkin itu cara dia supaya bisa move on dari lo," kata Tiara.

"Tapi yang sebenernya perasaan lo sekarang gimana, Na?" tanya Meisya.

"Aku gak tahu. Tapi kalau boleh jujur, waktu ngelihat Andra kayak ngejauh dari aku dan dia keliatan bisa happy-happy aja setelah kita putus, perasaan aku tu aneh,"

"Aneh gimana?" tanya Meisya.

"Aku ngerasa kayak ada yang ilang gitu," jujur Zena.

"Jangan bilang lo udah jatuh cinta sama Andra?" tebak Meisya.

Zena menggeleng, karena dia yakin dia masih jatuh cinta dengan Devano. Namun, ketika kepalanya menggeleng, lagi-lagi ada sesuatu yang mengganjal hatinya.

•••

Di jam istirahat kedua meja kantin paling ujung sudah kembali terisi oleh curut-curut Adijaya lengkap dengan Devano. Ketika empat curut Adijaya itu sedang asik bercanda ekor mata Devano menangkap Andra yang datang ke kantin sendirian.

Tapi tak sengaja Devano melihat Andra bertemu dengan Zena dan yang Devano lihat Andra buru-buru meninggalkan Zena.

"Lihatin apaan?" tegur Sean menatap Devano. Devano menggeleng, tapi ternyata tiga curut tahu apa yang tadi Devano perhatikan.

"Berusaha ngehindar biar gampang move on kali," celetuk Dio.

"Tapi gue kasihan sama Zena," kata Devano jujur.

Bian yang duduk di samping kanan Devano menepuk bahu Devano. "Dev, kalau sebenernya lo masih sayang sama Zena saran gue, perjuangin lagi aja. Lagian sekarang Andra juga udah tahu semuanya dan lagi Zena juga kayaknya masih sayang sama lo," kata Bian.

"Jangan sia-siain kesempatan, Dev. Mungkin Zena emang buat lo, makanya Andra sama Zena putus," kata Bian lagi.

Devano diam menatap tiga curut berganti. "Kita dukung lo," kata Sean.

Tebece!

▪▪

D E V A N O
Feb 11, 2021 at 7:00 PM [993 words]
—Yusss—



ig : @storyusss_
ig : @yusssnita_
TikTok : yusssnita_

Enjoy this story✨

ABSQUATULATE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang