•Happy reading•
•
•
•Pyar!
Kelopak mata Zena yang tadinya tertutup perlahan terbuka. Dia bisa melihat vas yang tadi berada di tangannya sudah hancur berserakan di lantai bersama ceceran darah. Zena pikir dia tepat sasaran. Tapi.
"DEV!"
Bukan kepala Geo yang menerima vas bunga itu, tapi justru kepala Devano. Geo sempat melihat bayangan Zena dari kaca. Dengan cepat tadi Geo membalik tubuh Devano menjadi berada di posisinya sehingga saat vas itu melayang ke arahnya justru kepala Devano yang berhasil terkena vas itu.
Devano tak langsung jatuh ke lantai, laki-laki itu memegangi kepalanya yang terasa nyeri, tangannya mengusap rambutnya yang basah dan saat dilihatnya ternyata itu darah. Devano merasakan kepalanya sangat pusing, tapi dia melihat Zena yang membuat laki-laki itu berusaha untuk bertahan, karena dia masih harus menyelamatkan Zena dari Geo.
Zena akan melangkah menghampiri Devano, tapi Geo langsung menarik Zena. Membuat Devano panik.
"Lepasin, Ge!" teriak Zena berusaha memberontak. "Gak seharusnya kamu mau bales dendam sama orang yang gak ngelakuin apa-apa. Devano itu—."
"Lo itu gak tahu apa-apa! Jadi, gak usah ngomong!" potong Geo dengan sangat keras sampai membuat Zena terlonjak kaget.
"Lepasin dia!" ucap Devano dengan tangan masih memegangi kepalanya yang terus berdenyut nyeri dan mengeluarkan darah. Ini sudah yang kedua kali kepala Devano terluka sampai mengeluarkan darah.
"Lo mau gue lepasin dia? Lawan gue dulu, katanya lo mau robek mulut gue lagi, kan?"
Devano mengdongak lalu menggeleng kecil, dia melakukan itu untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya. Meskipun rasa sakit itu tak hilang, Devano tetap berniat menghabisi Geo. Devano langsung mendorong tubuh Geo dan mendorong tubuh Zena yang sudah lepas dari Geo menjauh.
Devano membenturkan tubuh Geo pada dinding lalu memukuli laki-laki itu tanpa ampun. Devano melihat ada lampu tidur di sana. Tangan Devano mengambil lampu tidur itu lalu menghantamkannya ke kepala Geo. Dan, ya, Devano berhasil membuat kepala Geo juga berdarah.
"Kita selesain semuanya sekarang!" kata Devano sudah tak lagi peduli dengan rasa sakit di kepalanya.
Walaupun keduanya sudah dipenuhi darah, tapi mereka terus berusaha melukai satu sama lain sama seperti apa pernah terjadi dulu.
Bugh!
Devano berhasil membuat Geo tersungkur ke lantai. Kemudian laki-laki itu menindihi tubuh Geo agar Geo tak bisa menyerangnya lagi. Di posisinya, Devano menatap Zena yang ada di pojok kamar Geo.
"Keluar dari sini, Na!" teriak Devano menyuruh gadis itu.
"T-tapi, kamu—."
"Udah lo keluar! Gak usah pikirin gue!" potong Devano. Sekarang bukan saatnya untuk keras kepala. Tolong menurut saja! —pikir Devano frustasi. "Cepet!" suruh laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSQUATULATE (TERBIT)
Teen FictionCopyright©Yusnita Anggraeni, 2021 Desain sampul by: Javasun Aden Ancasiku LovRinz Publishing Cetakan 1, Desember 2021 Hak cipta dilindungi undang-undang Start: Nov 9, 2020 at 5:19 PM Finish : April 17, 2021 at 6:36 PM [PART MASIH LENGKAP, TAPI MA...