[55] Ternyata Memang Check Up Terakhir

1.1K 169 79
                                    

•Happy reading•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Happy reading•



Devano mengendarai motor dengan kecepatan sedang dengan banyak hal yang berputar di kepalanya. Dia memikirkan mengenai ketiga temannya yang sangat kecewa mendengar ceritanya. Siang tadi di sekolah Devano sudah bercerita pada ketiga temannya tentang keputusannya yang lagi-lagi mengalah untuk Andra dan membiarkan adiknya bersama Zena. Mereka sempat kesal dengan Zena. Mereka pikir Zena yang seolah mempermainkan Devano, karena bisa-bisanya Zena terlihat mudah melupakan Devano dan jatuh cinta pada Andra, padahal mereka juga tahu bagaimana Zena dulu seperti mengingkan Devano kembali padanya. Namun, Devano menyakinkan ketiga curut bahwa dia baik-baik saja dan beruntung dia memiliki teman seperti mereka, meskipun kadang tingkah mereka memang seperti curut.

Devano ingin mengatakan hidup tidak adil, tapi dia tak benar-benar berpikir seperti itu, karena Devano mencoba mengambil sisi baik dari apa yang dia alami, yakni dia berhasil menjadi kakak yang baik versi dirinya dengan memberikan apa yang menjadi kebahagiaan Andra. Dan tugasnya sekarang adalah dia harus menjadi anak yang membanggakan Papa dan Mamanya.

Saat Devano sedang asik menikmati angin malam dengan beban pikiran yang begitu banyak tiba-tiba Devano menepikan motornya ketika dia merasa ada yang tidak beres dengan motornya.

Devano melepaskan helm dan turun. Devano langsung mengecek ban belakang motornya dan ternyata benar saja ban motornya bocor. Devano membuang napas kasar melihat ban motornya kempes. "Kenapa pakek bocor segala, sih?" kesal Devano.

Devano mengedarkan pandangannya ke sekeliling tempat dia berhenti, laki-laki itu mencoba mencari apakah ada tambal ban. Sampai suara dering ponsel di saku jaketnya berbunyi. Devano segera mengambil benda pipih itu dan dia melihat nama Dokter Ibra yang tertera di layar ponselnya.

"Halo, Dok."

"Kamu di mana, Dev? Kok belum sampai?" tanya Dokter Ibra di sebrang telepon.

"Ini masih di jalan. Sebentar lagi sampai."

"Saya tunggu."

Panggilan itu berakhir. Devano memilih mendorong motornya untuk mencari tambal ban. Namun, belum jauh Devano mendorong motornya dia merasa pusing. Devano berhenti sebentar dan mengatur napasnya kemudian dia melihat tak begitu jauh di sebrang jalan ada tambal ban. Mengabaikan pusingnya Devano melanjutkan lagi untuk mendorong motornya menuju tambal ban.

"Motornya kenapa, mas?" tanya pria yang bekerja di tambal ban itu.

"Ini ban belakang bocor," jawab Devano sembari menahan pusingnya.

ABSQUATULATE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang