•Happy reading•
•
•
•Meskipun dengan perban yang masih menempel di kepalanya, Devano tampak sudah siap berangkat ke sekolah. Laki-laki itu menuruni tangga lalu melewati meja makan begitu saja, padahal di meja makan ada Fahresa, Fina, dan Andra yang sedang sarapan. Devano tak berniat sarapan pagi itu, karena dia masih dalam mode kesal dengan hukuman Fahresa.
"Mau ke mana kamu?" tegur Fahresa yang melihat Devano melewati meja makan begitu saja.
Mau tak mau Devano menghentikan langkahnya. Dia menatap kea rah Papanya itu. "Sekolah," jawabnya.
"Sarapan dulu, Andra juga masih sarapan," suruh Fahresa yang bermaksud mengingat Devano kalau dia harus berangkat sekolah bersama Andra.
"Gak. Aku udah dijemput temen," tolak Devano.
Tatapan Fahresa ke Devano menajam, pria itu sampai menaruh alat makannya. "Kamu lupa apa kata Papa semalem?" tanya Fahresa.
"Aku gak mau berangkat sama dia. Aku bisa berangkat sendiri."
"Ndra, buruan berangkat. Kamu harus pastiin Kakak kamu sampai di sekolah," kata Fahresa beralih menatap Andra yang sudah selesai sarapan. Andra yang tak mau membuat Papanya marah langsung mematuhi perintah Papanya.
Andra segera berpamitan pada Fahresa dan Fina seperti biasanya, namun tidak dengan Devano, laki-laki itu berlalu begitu saja.
•••
Devano yang pasrah akhirnya duduk di jok belakang motor Andra. Dan ketika motor itu sudah melaju lumayan jauh dari rumah Devano menepuk punggung Andra sedekit kasar.
"Berhenti!" kata Devano yang berniat meminta Andra menurunkannya. Devano tak mau datang bersama Andra ke sekolah, karena jika tiga curut Adijaya melihatnya pasti seharian mereka akan banyak bicara.
Andra bisa mendengar apa yang Devano katakana, tetapi dia bersikap tuli, karena dia tak ingin membiarkan Devano turun. Kalau kakaknya itu turun, Andra tidak yakin Devano akan samapi di sekolah. Dan jika itu terjadi, pasti nanti Fahresa akan marah lagi. Andra tidak ingin itu terjadi.
"Ndra! Berhenti. Gue mau turun!" teriak Devano.
"Engga, nanti Papa bisa makin marah sama lo."
"Papa gak akan tahu kalau lo gak ember," kesal Devano. "Berhenti cepet!" pinta laki-laki itu lagi.
"Engga! Lo harus sampe sekolah bareng gue!" tolak Andra. Devano yang sudah sangat kesal dengan sengaja berusaha membuat motor Andra oleng. Andra yang tak mengira Devano akan melakukan itu sangat terkejut. Beruntung mereka tidak jatuh.
"Lo mau kita mati?!" omel Andra.
"Makanya turunin gue!"
"Gue bilang engga, ya, engga!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABSQUATULATE (TERBIT)
Teen FictionCopyright©Yusnita Anggraeni, 2021 Desain sampul by: Javasun Aden Ancasiku LovRinz Publishing Cetakan 1, Desember 2021 Hak cipta dilindungi undang-undang Start: Nov 9, 2020 at 5:19 PM Finish : April 17, 2021 at 6:36 PM [PART MASIH LENGKAP, TAPI MA...