[3] Benar, Dia Kembali

1K 469 49
                                    

"Ingin berhenti peduli, tapi hati sulit diajak kompromi."

—Alibram Devano Adinata—

—Alibram Devano Adinata—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Happy reading•


"Dev?"

Devano semakin membeku mendengar suara itu. Detik itu juga perasaan dalam hati Devano berkecambuk menjadi satu. Ada perasaan senang melihat seseorang itu kembali berada di hadapannya, tetapi juga ada perasaan nyeri.

Setelah beberapa detik kedua manik mata itu saling bertemu akhirnya Devano tersadar. Dialihkan padangan ke arah lain. Dan, tanpa membalas sapaan seseorang itu Devano melenggang pergi. Seseorang itu hanya bisa menatap kecewa kepergian Devano.

Tiga curut yang sejak tadi menyaksikan kejadian itu pun langsung bangkit dan segera menyusul Devano. Ketika mereka berpapasan dengan seseorang itu mereka tersenyum kecil bermaksud menyapa dan mereka mendapat balasan senyum hangat dari seseorang itu.

"Masih gak berubah," gumam seorang gadis yang berhasil membuat Devano dan teman-temannya terkejut.

"Mood nya emang lagi gak bagus hari ini," kata seseorang yang sejak tadi juga berdiri di samping gadis itu.

•••

"Dev, lo gak pa-pa?" tanya Sean setelah dia berhasil menyusul Devano di parkiran.

Devano menatap tiga temannya yang terlihat mengkhawatirkan dirinya. Sudut bibir laki-laki itu tertarik ke atas. "Gak pa-pa. Emang kenapa?" tanya Devano mencoba bersikap biasa, padahal teman-temannya sangat tahu kalau ada yang mengganggu pikiran Devano saat itu.

"Topeng lo tebel banget," celetuk Bian.

Devano menepuk bahu Bian. "Gue cabut dulu, ya," pamit Devano yang kemudian langsung naik ke motornya.

"Lo balik ke rumah, kan?" tanya Sean sebelum Devano pergi. Sean tampak ragu Devano akan pulang ke rumah. Pertanyaan Sean dijawab anggukan kepala oleh Devano. Setelah memakai helmnya laki-laki itu membunyikan klakson untuk berpamitan lagi.

Tin!

Sean, Bian, dan Dio saling menatap setelah motor Devano pergi.

"Kok balik, sih?" tanya Dio dengan polosnya. Laki-laki itu bukan tidak suka dengan kedatangan gadis yang mereka lihat di dalam kafe tadi, hanya saja dia merasa kalau kedatangan gadis itu bukanlah hal yang baik, terlebih untuk Devano.

"Ya, hak dia, lah, pinter," jawab Bian.

"Makin susah Devano mau cari pacar," kata Dio.

"Pikir nanti, lah. Ayo, cabut," ajak Sean.

•••

Tak tahu ke mana tujuannya, tapi yang jelas Devano sudah memutari kota dengan motornya hingga langit yang tadinya masih terang sudah menjadi gelap. Di sepajang jalan, pikirannya hanya dipenuhi oleh gadis di kafe itu. Gadis yang sudah satu tahun lamanya pergi meninggalkan Indonesia, karena dirinya.

ABSQUATULATE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang