[29] Kembali Sekolah

440 215 35
                                    

•Happy reading••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading


Pagi itu Devano terbangun ketika sinar matahari masuk ke dalam kamarnya melalui sela jendela yang tak tertutup sempurna oleh gorden. Devano yang baru saja membuka mata, merasa kepalanya sangat pusing dan pandangannya sedikit mengkabur. Devano berusaha untuk bangun, tapi nyeri di kepalanya semakin terasa. Devano pikir, mungkin itu efek dia baru bangun dari koma selama dua bulan.

Tangan Devano bergerak mencari ponsel miliknya yang semalam dia taruh di atas nakas untuk melihat pukul berapa. Setelah dilihat, ternyata masih pagi dan hari itu Devano berniat untuk pergi ke sekolah, karena lelaki berkulit putih itu merindukan sekolahnya. Apa itu benar? Devano merindukan sekolahnya? Oh, sepertinya tidak mungkin.

Devano beranjak dari tempat tidur, mengabaikan pusing di keplanya dan memilih segera bersiap-siap.

Tak sampai setengah jam akhirnya terlihat Devano sudah selesai bersiap-siap. Dia turun ke lantai bawah lalu melangkahkan kaki panjangnya menuju meja makan. Dilihat Fahresa, Fina, dan Andra sudah berada di sana. Devano menghampiri mereka lalu duduk di samping kiri Andra.

"Dev, kamu mau ke sekolah?" tanya Fina yang melihat putra sulungnya itu sudah mengenakan seragam sekolah.

"Iya," jawab Devano.

"Kamu masih harus istirahat di rumah. Besok aja ke sekolahnya. Lagian sekolah juga tahu kamu masih dalam masa pemulihan," kata Fina masih khawatir dengan kondisi Devano.

"Iya, Dev. Kamu istirahat dulu di rumah sampai kamu bener-bener sembuh," timpal Fahresa.

"Aku udah sembuh," kata Devano kekeh.

"Atau kita ke rumah sakit dulu aja, tanya sama dokter apa kamu udah boleh beraktivitas seperti biasa atau belum?" tanya Fina pada Devano.

"Gak usah, Ma. Aku beneran udah sembuh."

"Ya udah, sarapan dulu, habis itu minum obat. Dan nanti di sekolah gak usah banyak beraktivitas dulu, ya. Pulang langsung pulang," pesan Fina. Devano mengangguk patuh. Devano pun ikut sarapan.

"Oh iya, Andra punya kabar gembira," ucap Andra setelah nasi di mulutnya sampai di lambung.

Fahresa dan Fina kompak menatap anak bungsu mereka."Kabar gembira apa, Ndra?" tanya Fina penasaran.

"Zena udah terima Andra," cerita Andra dengan sumringah. Fina tampak sangat senang mendengarnya. Sementara Devano yang menunduk menatap makanannya hanya diam, tetapi tanpa ada satu orang pun yang tahu perasaan dalam hati Devano sangat campur aduk. Antara senang dan sakit. Entahlah, tapi Devano tampak senang mendengarnya.

"Kamu ngajak Zena pacaran, berarti kamu harus tanggung jawab buat jagain dia," kata Fahresa.

"Iya, Pa," jawab Andra.

ABSQUATULATE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang