[47] Keduanya Memilih Melepaskan

498 185 125
                                    

•Happy reading••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading


Fahresa yang baru saja pulang dari kantor turun dari mobilnya yang sudah dia parkirkan di garasi. Baru pria berdasi hitam itu akan masuk ke rumah terdengar deru motor Andra memasuki garasi. Fahresa berdiri di tempat menunggu Andra memarkirkan motor.

"Baru pulang, Ndra?" tanya Fahresa saat Andra melepaskan helm.

Andra turun lalu mencium tangan Papanya. "Iya, tadi makan dulu sama temen," jawab Andra jujur.

"Oh. Ayo, masuk," ajak Fahresa sambil merangkul bahu putra keduanya itu. Papa dan anak itu pun masuk ke dalam rumah.

Sampai di dalam, rumah tampak sangat sepi. "Kok sepi," celetuk Andra sembari memutar bola matanya menyusuri setiap sudut rumah.

"Tadi siang Mama ngabarin Papa, kalau mau ke rumah sakit nungguin Abang kamu," kata Fahresa memberitahu.

"Oh. Kalau gitu habis ini Andra ke rumah sakit, gantian jagain Bang Devano, biar Mama istirahat."

"Ya udah buruan bersih-bersih. Papa juga mau ke rumah sakit. Bareng aja kita."

"Oke." Andra berlari kecil mendahului Fahresa menuju kamarnya. Setelah itu Fahresa pun juga beranjak menuju kamarnya.

Di dalam kamar mandi yang ada di dalam kamarnya Andra berhenti di depan cermin dengan pakaiannya yang sudah dia lepas dan hanya menyisakan handuk putih yang dia lilit menutupi bagian pinggangnya ke bawah. Laki-laki itu diam memandangi pantulan dirinya di cermin. Dari pandangannya tampak kalau ada banyak hal yang memenuhi kepalanya saat itu.

Helaan napas berat keluar dari mulut laki-laki itu, lalu kepalanya tertunduk. "Ternyata gak gampang," monolog Andra mengingat bagaimana seharian tadi dia mati-matian membiasakan diri untuk tidak mendekati Zena seperti hari-hari sebelumnya.

•••

Devano yang berada di atas ranjang dengan posisi duduk bersandar pada kepala ranjang menatap Fina yang sedang sibuk mengupas buah apel untuk dirinya. "Ma, Andra beneran putus sama Zena?" tanya Devano memastikan.

Tanpa menoleh menatap Devano, Fina mengangguk dengan tangannya yang masih sibuk mengupas apel. "Ini pasti, karena Andra ga—."

"Dev, kamu jangan mikir yang berat-berat dulu. Kamu masih dalam masa pemulihan," tegur Fina yang sudah menghentikan kegiatannya dan sudah menatap Devano.

"Ma, tapi aku beneran udah gak cinta sama Zena dan aku mau Andra bahagia sama Zena," ucap Devano tak mengindahkan apa yang dikatakan Fina.

Fina  membuang napas pelan. Putra sulungnya ini memang sangat keras. "Dev, kamu gak bisa egois," ucap Fina.

"Aku gak egois," bantah Devano.

Fina menaruh pisau dan apel di tangannya ke atas nakas samping ranjang Devano. Tatapan Fina pun terfokus pada Devano yang sejak tadi menatapnya. "Kamu egois, karena Zena gak sayang sama Andra," kata Fina. "Kamu gak bisa maksa Zena buat terus bareng Andra," lanjut wanita itu.

ABSQUATULATE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang