[1] Andra Lagi

1.4K 499 42
                                    

"Menegur boleh, tapi jangan sampai menyakiti. Hati seseorang tak selamanya kuat."

—Alibram Devano Adinata—

—Alibram Devano Adinata—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Happy reading•


Ting!

Bunyi notifikasi dari sebuah ponsel yang terletak di atas nakas berhasil membangunkan seorang remaja laki-laki bernama Alibram Devano Adinata, atau akrab dipanggil Devano. Sebelum mengambil benda pintar yang telah mengganggu tidurnya Devano menggeliat. Perlahan kedua kelopak matanya terbuka. Dan dengan malas akhirnya Devano bangun. Belum beranjak dari kasur, tangan remaja laki-laki itu bergerak mengambil ponsel di atas nakas.

Dinyalakan benda pintar yang sudah berada di tangannya. Dari layar utama ponselnya yang masih terkunci Devano dapat membaca pesan yang masuk tadi. Tak berniat membalas pesan masuk itu, dia justru melihat jam yang ada di layar ponsel. Terlihat dengan sangat jelas pagi itu sudah menunjukkan pukul enam lebih tiga puluh menit. Hal yang sewajarnya terjadi adalah dia terkejut, karena terlambat bangun mengingat bahwa pagi itu bukanlah hari Minggu, di mana dia masih harus berangkat ke sekolah. Namun, yang terjadi bukan seperti itu, Devano justru terlihat santai, sama sekali tak khawatir kalau dia akan terlambat sampai di sekolah.

Dengan semangat pagi yang belum terkumpul pada dirinya, laki-laki yang hanya mengenakan celana pendek dan kaos singlet berwarna abu-abu polos itu bangkit dadi posisi duduknya. Berjalan dengan gontai menuju kamar mandi untuk berisap ke sekolah. Tak perlu terburu-buru, karena memang terlambat ke sekolah sudah menjadi kebiasaannya.

•••

Sementara di sisi lain rumah terlihat seorang wanita berkulit putih bersih sedang menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Dengan hati-hati Fina, yang merupakan Nyonya di rumah yang cukup besar itu menuangkan teh di satu cangkir berukuran sedang. Dan tak lama, tampak seorang remaja laki-laki berjalan menghampirinya.

Cup.

Ciuman manis mendarat di pipi Fina. "Pagi, Ma," sapa remaja laki-laki berseragam abu-abu putih itu. Dari rambut sampai ujung kaki, remaja itu terlihat sangat rapi. Penampilannya itu pun membuatnya yang tampan terlihat semakin tampan.

"Pagi, Ndra," balas Fina yang kemudian melempar senyum hangat kepada putra bungsunya itu.

Remaja bernama Askano Diandra Adinata, atau sering dipanggil Andra itu menarik satu kursi di sisi kanan lalu mendaratkan pantatnya di kursi itu. Tangannya langsung mengambil satu gelas susu putih yang sudah disiapkan Fina untuknya. Hanya dengan satu tegukkan susu yang tadinya penuh hanya tersisa setengah.

"Abang kamu belum bangun, Ndra?" tanya Fina yang sudah ikut duduk di samping Andra. Wanita itu mengambil nasi dan lauk, menaruh keduanya di piring Andra yang masih kosong.

ABSQUATULATE (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang