BAB 12

561 52 32
                                    

Marine tersenyum sumringah saat dokter mengatakan bayi di dalam kandungannya sehat. Bahkan anak dari Ericko itu bergerak aktif di rahim sang mami. Selesai melakukan check up kehamilan, Marine bergegas untuk pulang ke rumahnya dengan menyetir mobil sendiri. Namun setibanya ia di depan rumah, Marine dibuat kebingungan ketika ia melihat ada sebuah mobil Toyota Alphard yang terparkir di sana.

Marine memilih untuk lekas memarkirkan mobilnya di garasi. Wanita itu benar - benar penasaran dengan apa yang telah terjadi di dalam rumahnya. "Jangan - jangan Ericko dan keluarganya yang datang malam ini ke rumah." duga Marine seraya berjalan menuju ke dalam rumah.

Belum sampai di pintu rumah, Marine telah dihampiri oleh Dona. Ibunda Marine itu nampak panik dan segera menggiring putrinya untuk kembali ke garasi. "Ada apa mah?" tanya Marine ketika sudah berada di dalam mobilnya.

"Ric tengah mengeledah rumah kita. Dia hendak memaksa membawamu pergi dari sini. Sebaiknya kita pergi dari sini. Sebelum kamu dibawa paksa oleh cowok gak bener itu." ucap Dona seraya menyalakan mobil.

Dona tidak mengizinkan Marine menyetir. Ia merasa situasi saat ini sangat gawat. "Papa lagi business trip ke Los Angeles sama kakakmu. Mama terkejut saat bajingan itu masuk ke dalam rumah dan memaksa meminta kamu untuk menjadi istrinya." ucap Dona seraya mengemudikan mobil.

"Dengan pemaksaan mah?" tanya Marine.

Dona mengangguk. "Si jelek itu bilang toh semua sudah jadi bubur."

Namun sayangnya mobil Dona dicegat oleh Ric ketika akan keluar dari gerbang rumah. Dona pun terkejut hingga melakukan pengereman mendadak. Marine yang mengalami benturan di kepala memutuskan segera keluar dari mobil. Hal itu membuat Ric segera menggendongnya dan membawa wanita itu ke dalam mobil Alphard.

Marine tak sempat berteriak. Karena tubuhnya terasa lemas. Namun sayup - sayup ia masih bisa mendengar suara Ric yang terdengar panik.

.................

Ric dengan setia menunggu Marine siuman. Tangan pria itu tak henti mengusap perut calon istrinya yang membesar. "Papi sayang sama kamu nak. Jagain mami ya di saat papi enggak bisa jaga mami." ucapnya sebelum mencium perut Marine.

Dokter Katrine menghampiri Marine yang terbaring di salah satu ranjang UGD. "Bapak tidak usah khawatir. Ibu Marine tertidur karena kelelahan. Benturan di kepalanya tidak keras. Sehingga tidak ada lebam. Hanya saja saya kecewa pada ibu Marine karena beliau memilih untuk menjauhi ayah bayinya. Putra kalian ingin kedua orang tuanya bersatu." ucap dokter Katrine. Ia juga sudah mendengar penjelasan Ric tentang kehamilan Marine.

"Saya sebenarnya tidak pantas melakukan hal ini pada Marine. Tetapi Marine adalah wanita yang sudah diberikan pada saya." ucap Ric seraya menatap wajah dokter Katrine.

Dokter Katrine tersenyum lalu menganggukkan kepalanya. "Saya mengerti."

"Kapan Marine boleh keluar dok?" tanya Ric.

"Setelah dia bangun saya akan cek sekali lagi kondisi tubuhnya. Jika semuanya baik maka Marine saya izinkan untuk kembali ke rumah." jelas dokter Katrine.

"Saya sedih sekali tidak bisa melihat USG anak saya." ucap Ric seraya menundukkan kepalanya.

"Bagaimana kalau kita USG sekali lagi?" ucap dokter Katrine.

Ric segera menatap dokter Katrine. "Boleh dok?"

"Asal papanya masih sanggup bayar." ucap dokter Katrine.

Ric tertawa dan segera menganggukkan kepalanya. "Saya sangat sanggup untuk itu. Oh ya, apa dokter tidak menangani pasien lain?"

"Seharusnya saya sudah beristirahat di rumah. Namun saya tunda jam kepulangan saya ke rumah karena mendengar pasien saya Marine masuk UGD." jelas dokter Katrine.

Ric tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Terima kasih atas perhatiannya dokter. Saya percaya untuk penanganan anak dan kekasih saya. Saya serahkan pada dokter Katrine." ucap Ric seraya memandang ke arah kartu tanda pengenal dokter Katrine.

Dokter Katrine menganggukkan kepalanya. "Saya sangat berterima kasih atas kepercayaan bapak."

"Kalau begitu saya izin permisi dulu. Nanti ketika Marine sudah bangun saya akan datang lagi dan kita check up sekaligus USG lagi." ucap dokter Katrine.

"Silahkan dok." ucap Ric seraya mengantarkan dokter Katrine hingga ke luar dari bilik ranjang yang ditiduri Marine.

...............

Ric tersenyum sumringah pasca keluar dari rumah sakit. Ia nampak begitu bahagia atas hasil USG sang anak. "Gimana kalau sekarang kamu tinggal di rumah yang sama dengan aku?" ucapnya sembari menyetir mobil.

Marine yang duduk di sebelah Ric langsung menatap pria itu dengan tatapan sinis. "Buat apa? Aku sama sekali enggak mau menikah sama kamu!" tegasnya.

Ric terkekeh pelan kemudian mengusap perut Marine. "Kita pasti menikah. Kamu enggak lihat tadi anak kita aktif banget. Aku jadi enggak sabar Langit punya adik dan mobil kita akan penuh oleh anak - anak."

Marine menghela napasnya setelah mendengar ucapan Ric yang terkesan asal - asalan di pikirannya. "Kamu kira aku sudi punya anak lagi sama kamu? Cukup bayi yang di dalam perutku ini!"

"Aku sih yakin kamu akan hamil lagi." ucap Ric dengan percaya diri.

"Kamu mau makan apa?" tanya Ric namun Marine memilih diam karena enggan menjawab.

Ric memutuskan untuk diam namun tetap mengendarai mobilnya menuju salah satu rumah makan terkenal di Jakarta. Pria itu mengajak Marine untuk makan masakan khas Jawa Timur. Marine sama sekali tidak menolak. Ia pun menikmati makanannya dengan lahap. "Kamu mau kan ASI eksklusif?" ucap Ric di sela - sela makan.

"Kenapa? Selagi bisa aku akan ASI penuh ke anak di perutku ini." ucap Marine dengan sinis.

Ric tertawa kecil setelah melihat ekspresi sang wanita idaman. "Terima kasih mami."

Selama makan bersama Marine, Ric cukup puas bisa berinteraksi dengan sang bayi. Sering kali ia mengelus perut Marine dan mendapatkan tendangan bahagia dari sang bayi. Selesai makan Ric hendak mengajak Marine menuju hunian apartemennya. Namun sayangnya Marine tidak terima dan meminta untuk dipulangkan ke rumahnya saja.

Mereka berdua sempat terlibat pertengkaran di dalam mobil. Pertengkaran akhirnya reda saat Ric memilih mengalah dan mengantarkan Marine pulang ke rumah lajang wanita itu.

...............

Dona meremas tangannya sembari menatap ke arah luar jendela kamarnya. Ia mengkhawatirkan Marine yang tengah dibawa oleh Ric ke rumah sakit. Di saat Dona ingin ikut, Ric tidak mengizinkannya untuk ikut ke rumah sakit. "Sial! Aku tidak bisa berkata apa - apa tadi. Sekarang aku hanya bisa diam di rumah dan menunggu kepulangan Marine. Aku benar - benar bodoh!" marahnya pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian Marine muncul dari gerbang rumah dan Dona melihatnya dengan jelas lewat jendela kaca kamarnya. Wanita itu segera menghampiri putri semata wayangnya. "Kamu sudah baikan sayang?" ucap Dona yang mencegat langkah Marine saat akan masuk ke dalam rumah.

"Aku baik - baik aja mah. Cuman aku tadi habis bertengkar dengan Ric. Dia memaksa aku untuk tinggal di rumahnya. Aku menolak dan dia malah marah." ucap Marine yang terlihat nampak pucat.

"Tapi kamu seperti orang kesakitan." ucap Dona yang terlihat sangat cemas.

"Bayi di perutku tidak berhenti menendang dari tadi. Aku enggak mau terlihat kesakitan di depan Ric. Jadi aku marah dan meminta laki - laki brengsek itu untuk buka kunci pintu mobil. Syukurnya dia nurut." jelas Marine.

Dona menganggukkan kepalanya. "Ya udah sekarang kamu istirahat ya. Kamu mau makan apa?"

"Aku gak lapar mah." balas Marine seraya masuk ke dalam rumah.

"Tapi kamu harus makan sayang. Nanti kamu sakit kalau enggak makan." ucap Dona dengan raut wajah cemas seraya menyamakan langkahnya dengan langkah anaknya.

Marine menghela napasnya. "Aku makan masakan mama aja."

Dona langsung tersenyum mendengar ucapan Marine. "Ya udah ayo kita ke dapur!"

Marine of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang