3 Bulan Kemudian..
Marine mengecup kening Langit sebelum pergi bekerja. "Aku titip anakku sama mama." ucap Marine.
Dona mengangguk. "Mama akan jaga cucu kesayangan mama ini."
"Oke, aku pamit kerja ya mah."
"Hati - hati ya Mar!"
"Iya."
Setelah itu Marine segera keluar dari rumah dan menuju mobil yang sudah disiapkan untuknya. Ini adalah hari pertama Marine untuk bekerja sebagai tenaga magang. Keputusannya untuk kembali ke dunia kerja awalnya ditentang keras oleh Kansa dan Dona. Namun Marine memaksa karena ingin mempelajari hal - hal baru. Akhirnya setelah menimbang - nimbang Kansa memberikan kelonggaran putrinya untuk bekerja.
Marine diterima sebagai public relation di sebuah perusahaan swasta. Hari ini tugas Marine adalah melakukan kunjungan ke sebuah pabrik semen. Sebelum ke pabrik semen, Marine menuju kantornya terlebih dahulu. Jadi nanti dari kantor ia berangkat bersama dengan rekannya yang lain.
"Aduh Marine manis banget sih." ucap Laras, teman satu divisi Marine.
"Kamu juga Ras." balas Marine.
"Mobil lagi disiapin Mar. Sabar ya, paling 20 menit lagi kita jalan." ucap Laras yang dibalas anggukan oleh Marine.
Benar saja 20 menit kemudian mobil kantor baru siap mengantar mereka ke pabrik semen. Dengan waktu tempuh 45 menit dan tanpa terkena macet mereka sampai dengan wajah berseri di pabrik semen. Marine dan Laras disambut hangat oleh sekretaris direktur pabrik semen. Mereka lalu diantar langsung ke area dekat pintu masuk pabrik. Sang sekretaris menyampaikan bahwa atasannya berada di area tersebut.
Betapa terkejutnya Marine saat tiba di dekat pintu masuk pabrik. Ia bertemu kembali dengan Ric, si direktur pabrik semen.
"Saya Ericko direktur utama PT. Semen Sejahtera. Senang sekali perwakilan dari PT. Citra Warna datang mengunjungi pabrik kami." ucap Ric dengan senyuman manis.
"Kami juga sangat senang sekali bapak menyambut kami dengan hangat." balas Laras.
"Baiklah, sesuai dengan kesepakatan saya dengan atasan kalian. Hari ini saya akan mengajak public relation dari perusahaan PT. Citra Warna untuk berkeliling pabrik dan melihat proses pembuatan semen." ucap Ric.
Marine dan Ric sempat saling pandang selama beberapa detik. Namun Ric sadar ia tidak bisa membuat Marine terintimidasi saat ini dengan tatapannya. Jadi ia segera memutuskan telebih dahulu aksi pandang - pandangan tersebut. "Perkenalkan pak saya Laras." ucap Laras sembari menjabat tangan Ric.
"Saya Marine." ucap Marine yang juga menjabat tangan Ric.
"Baiklah kita mulai tur keliling pabrik." ucap Ric setelah melepas jabatan tangan Marine. Selama tur mengelilingi wilayah pabrik, baik Marine maupun Laras begitu seksama mendengar penjelasan Ric.
"Ini semua ya punya anak sulung saya kelak. Saya cuman jalanin saja sekarang." ucap Ric yang begitu ramah dan bersahabat selama tur pabrik pada Laras dan Marine.
"Kalau boleh saya tahu anak bapak umur berapa?" tanya Laras.
"Masih minum ASI. Setahun saja belum." jawab Ric.
"Masih bayi ya pak. Pasti menggemaskan sekali." ucap Laras.
"Tentu sekali. Dia begitu menggemaskan dan tampan." ucap Ric.
Obrolan tersebut membuat Marine salah tingkah sendiri. "Anaknya sama aku Ras." ucap Marine di dalam hati.
................
Jam makan siang tiba. Marine dan Laras diajak makan siang bersama oleh Ric di ruangan pribadi pria itu. Ketika Laras izin keluar ruangan untuk mengangkat telepon. Ric seketika mengeluarkan sebuah kotak makan yang berisi makanan sehat untuk ibu menyusui dari dalam tas kain.
"Kamu lagi menyusui. Sebaiknya jangan makan makanan yang sekretaris aku sajikan. Aku gak mau Langit alergi setelah menyusu nanti." ucap Ric sembari menyerahkan sekotak makanan sehat itu pada Marine.
"Iya makasih." ucap Marine sembari menerima pemberian Ric.
"Papa kamu tega jauhin aku dari anak aku. Untuk hubungin kamu saja susahnya minta ampun." keluh Ric.
"Aku gak bisa berbuat apa - apa." balas Marine dengan suara pelan.
"Marine, aku itu ingin bertemu anak aku." ucap Ric dengan wajah memelas.
"Aku gak bisa melawan orang tua." ucap Marine dengan serius.
"Tapi aku juga ingin bertemu Langit, sayang." ucap Ric dengan nada penuh frustasi.
"Sebaiknya kamu cari perempuan lain Ric. Relakan aku yang tidak akan pernah bisa jadi istrimu." ucap Marine sembari menatap lekat mata kelam Ric.
"Tidak." jawab Ric secara singkat dan tegas.
"Kenapa?"
"Aku cinta sama kamu Marine!" ucap kesal Ric, emosi pria itu mulai tersulut.
"3 bulan aku gak tahu kamu di mana! Aku gak tahu di mana kamu dan baby kita! Kansa dengan teganya melakukan ini Mar!" teriak Ric.
"Aku bingung Ric! Aku gak tahu harus bagaimana! Aku masih harus melawan baby blues sendirian! Makanya aku coba bekerja supaya gak stres di rumah!" marah Marine.
"Aku mau ketemu Langit." ucap Ric dengan nada pelan.
"Aku gak tau apa kamu bisa bertemu Langit atau tidak." ucap Marine sebelum memakan makanan yang diberikan Ric.
"Aku sudah memulangkan Laras." ucap Ric yang membuat Marine tersedak. Ric segera menyodorkan air minum dan Marine langsung menerimanya.
"Kamu kasih tahu.."
"Gak. Aku kenal bos kalian siapa. Jadi aku sudah suruh Laras dipulangkan ke kantor dengan alasan ada sesuatu mendesak dan hanya Laras yang dapat menyelesaikan. Jadi cukup aku sama kamu saja di sini." sela Ric dengan santai.
"Jadi kamu sudah rencanakan semua?" ucap Marine dengan wajah terkejut.
Ric tertawa kecil. "Polisi saja bisa aku suap sayang. Masa hal sepele begini aku gak bisa jalankan? Sebenarnya aku hanya kesulitan 1 hari aja pasca kamu menghilang untuk mencarimu. Setelah hari kedua aku sudah tau kamu dan anak kita berada di mana. Tetapi aku mencoba untuk bersabar. Karena daripada aku kepung saat itu juga. Bisa - bisa aku kelelahan ngikutin kegilaan orang tuamu yang bisa saja mengocek aku dengan memindah - mindahkan kamu beserta Langit."
Marine menganggukkan kepalanya. "Tapi aku harus kerja, Ric. Aku butuh gaji untuk biaya keperluan Langit."
"Jadi papinya Langit gak diakuin?" ucap Ric dengan nada menggoda Marine.
"Diakuin kok. Tapi gimana caranya kamu transfer uang?" ucap Marine dengan raut wajah kesal.
Ric tersenyum dan lekas menuju meja kerjanya dan mengambil tas tangan yang berisi uang di laci meja. "Buat kebutuhan kamu sama Langit. Isinya 50 juta. Semakin sering kamu ke kantor aku. Setiap hari kamu aku gaji sebesar 50 juta."
Marine terdiam sembari menatap mata Ric. "Mana bisa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marine of Sea
RomanceMarine ternyata telah dijodohkan sejak lama dengan Ric. Pria yang nyatanya ditolak mentah - mentah oleh keluarga Marine.