BAB 26

414 34 5
                                    

Marine sudah dipindahkan ke ruang inap khusus ibu melahirkan. Karena bayinya menolak susu formula, Marine pun diajarkan cara menyusui lebih cepat. "Syukur sekali sus saya menyusuinya tidak begitu banyak hambatan. Asi saya memang sudah terasa ingin keluar dari 2 hari sebelum melahirkan. Mungkin Tuhan tahu anak saya gak mau susu formula." ucap Marine sembari menyusui Langit.

Si perawat tersenyum. "Susu ibu lancar. Ini membuktikan ibu selama mengandung mengonsumsi makanan yang baik untuk si baby dan kelancaran asi."

Marine mengusap surai bayinya. "Iya sus. Mama saya yang maksa makan sayur dan buah ini itu. Tapi senang sekali bisa menyusui Langit dengan lancar. Walau sedikit kaku awalnya."

"Saya juga turut senang bu. Karena ibu sudah lancar menyusui. Saya permisi pamit keluar."

Marine mengangguk. "Silahkan sus. Saya berterima kasih banyak atas bantuannya."

"Sama - sama ibu. Kalau ibu perlu bantuan bisa tekan tombol panggilan darurat."

"Baik sus."

Setelah perawat keluar Marine hanya berfokus pada Langit. "Anak mami pinter sekali ya. Tidur ya nak. Mami juga capek sebenernya. Tapi demi anak semata wayang mami. Mami rela gak tidur dulu."

"Dia manis kan sayang. Dia Marine versi laki - laki." ucap Ric yang baru saja maauk ke ruang inap.

"Iya mas Ric. Manis banget. Aku seneng Langit sudah lahir. Walau aku pasti sibuk rawat dia. Tapi setidaknya aku ada teman."

Ric mencium pipi Marine. "Mi, mama kamu sama mamiku lagi keluar sebentar."

"Mami kamu mau bujuk mamaku?"

Ric tersenyum. "Entahlah. Tapi aku udah gak sabar menikah sama kamu. Merawat Langit dengan kasih sayang yang berlimpah dan saling berbagi tugas."

"Iya papi. Lihat putra kita pih. Tampan sekali."

"Gak berhenti ngedot ya anak papi." Ric tak tahan untuk tidak mengusap pipi anaknya.

"Kuat sekali ini minum susunya yaa dedek." Marine mengusap surai anaknya.

"Love you mami." Ric mengecup pipi Marine berkali - kali.

"Sayang, aku capek banget. Habis nyusu Langit. Aku mau bobok ya." ucap Marine.

Ric menganggukkan kepalanya. "Iya sayang. Tapi pembalut kamu belum penuh kan?"

"Masih deres sih keluarnya. Iya lihat bentar aja ya deh sayang."

Selesai menyusui, Marine menyerahkan Langit pada Ric. "Taruh di baby box kalau gak kuat gendong. Aku mau tidur bentar dulu sayang. Capek banget."

"Iya sayang." ucap Ric sembari menatap lekat Langit.

"Papi sayang Langit. Love you Langit." bisik Ric di telinga putranya.

...................

Kansa marah dan memukul Ric dengan bogeman keras. "Kamu culik, kamu perkosa dan sekarang kamu minta restu menikah? Tidak Ric! Tidak ada pernikahan! Biarkan Marine sendiri. Kamu sana sama jalangmu saja!" marah Kansa.

Ric mengusap noda darah di sudut bibirnya. "Saya harus bagaimana? Salahkah saya menikahi Marine? Marine itu hak saya. Dia sudah disepakati jadi milik saya."

Kansa menggelengkan kepala. "Sehabis dari RS biarkan Marine tinggal sama saya. Termasuk anak kalian. Kamu saya tolak jadi mantu di keluarga ini!"

Ric kemudian pergi dari rumah Marine. Ia sempat pulang untuk mandi. Setelah itu kembali lagi ke rumah sakit. "Lang pinter ya. Anak mami. Hm?" ucap Marine sembari membersihkan kotoran anaknya. Langit nampak menangis kecil karena ingin minum susu lagi.

Marine of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang