BAB 25

481 52 16
                                    

Marine lebih banyak melamun belakangan ini. Dona menjadi khawatir akan kesehatan anaknya. "Kamu gimana perasaannya?"

"Bingung, mah."

"Kamu mencintai pria itu?"

"Bingung. Semuanya serba tiba - tiba menurutku. Aku juga gak mau begini sebenarnya mah. Aku gak mau menyia - nyiakan gelar sarjana hukumku. Tapi aku gak bisa benci pada anak di kandunganku. Kehadirannya memang tidak aku inginkan. Tapi aku gak mau bunuh dia."

"Mama sama papa melarang kamu menikah dengan Ericko karena latar belakang pekerjaannya. Dia penjual barang haram. Narkoba gak pernah dianggap baik di semua agama. Lalu track record Ericko dalam menjalin hubungan. Membuat mama gak bisa lepas kamu buat dia. Mama maunya kamu menikah sama pria yang pekerjaannya baik. Cuman sekarang mama gak akan paksa kamu untuk menikah."

"Kenapa?"

"Karena kamu sudah menjadi seorang ibu. Kamu pasti memikirkan nasib anakmu. Mama dan papa siap merawat cucu kami tanpa meminta belas kasihan dari si bajingan itu."

Marine memeluk mamanya. "Kamu harus makan ya nak. Mau melahirkan lho. Kasihan kan cucu mama."

"Iya, sekarang aku turun buat makan." balas Marine.

.....................

"Sayang, gak apa. Kerja aja. Aku baik - baik di Indonesia."

"Papi gak jadi terbang ke USA mam. Papi di rumah." ucap Ric sembari meminum koktailnya.

"Ric, maafin mama papa aku. Sampain juga buat mami papi kamu ya. Gak sedikitpun aku ingin membuat mereka terluka. Mereka baik banget sama aku."

"Iya sayang. Kamu kalau udah ada gejala bilang ya sayang." ucap khawatir Ric.

"Iya mas Ric sayang, aku pasti kasih tahu."

"Kamu makan apa ma? Supaya bisa papi pesanin."

"Gak usah pap. Mami gak pingin makan apapun. Papi jangan bolos makan ya!"

"Seharusnya papi yang bilang begitu ke mami. Gak boleh bolos makan. Ada anak kita di dalam perut kamu."

"Pa, kalau papi gak makan nanti sakit. Siapa temenin mami lahiran?"

"Iya sayang iya."

"Sudah dulu ya. Aku harus mandi sudah sore. Kamu juga mandi."

"Hmm."

"Nanti kita video call sayang."

"Iya."

"Kamu marah?"

"Gak, papi cuman lagi pusing aja dikit ngurus semua masalah."

"Iya aku mandi dulu ya pa."

"Iya mama hati - hati."

Setelah menelepon calon istrinya Ric segera duduk di kursi santai. Ia memandang kosong ke arah kolam renang. "Jangan dipikirin terus sayang. Nanti juga Marine jadi istrimu kok. Kamu harus bersabar aja menghadapi keluarganya." ucap Santi sembari menghampiri anak sulungnya.

"Ric pusing mam. Marine kan memang milik Ric. Kenapa mama papanya begitu? Iya Ric tahu pekerjaan Ric ada yang gak baik. Tapi ini warisan kakek. Ric gak tega lepas karena kakek sampai ratusan kali minta Ric yang pegang usaha itu."

"Iya mami mengerti sayang. Tapi Marine kapan melahirkan?"

"Check up terakhir besok mam. Doain yang terbaik buat anak pertama aku sama Marine ya mami."

Santi mengangguk. "Kamu harus ikut temani persalinannya ya. Kasihan dia."

"Pasti mi."

.....................

Marine of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang