BAB 4

751 62 26
                                    

Marine terbangun dalam pelukan Ric. Wanita itu segera mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan pengelihatannya dalam keadaan kamar yang gelap. Ia juga merasakan kaku di sekujur tubuhnya.

"Lepas." ucapnya dengan mengumpulkan sisa - sisa tenaga seraya mendorong Ric. Namun Ric tetap nyenyak dalam mimpinya. Pria itu nampak mendengkur lebih keras.

"Lepasin!" teriak Marine namun tak membuat Ric terbangun juga. Akhirnya ia hanya bisa menangis lagi.

Ric yang terbangun karena tangisan Marine akhirnya membawa wanitanya itu ke dalam pelukannya. "Pulangin aku, om. Aku gak bisa di sini. Aku harus training Senin depan di firma hukum." ucap serak Marine.

"Kalau kamu hamil bagaimana?"

"Saya gak mungkin bakalan hamil. Saya percaya itu." ucap yakin Marine.

"Lupakan firma hukum dan semua masa lalumu. Menikahlah dengan saya. Saya akan menjamin hidupmu 100%."

"Saya gak mau!" tegas Marine yang masih berada dipelukan Ric. Pria itu mengunci pergerakan Marine sehingga sang wanita tak bisa berkutik.

"Kamu sudah saya tidurin. Apa kamu masih tegar untuk berjalan di luaran sana?" tanya Ric dengan mata terpejam.

Marine semakin menangis, kembali teringat di ingatannya saat Ric memperkosanya berkali - kali. Bahkan rasa sakitnya pun masih terasa. "Saya mau pulang!" marah Marine.

"Saya gak izinin. Kamu hamil di luaran sana nanti saya jadi was - was. Anak kita bisa dalam bahaya." tegas Ric.

Marine menangis dan Ric mengusap punggung wanitanya. Namun yang ada Marine menepis tangan Ric. "Kamu pasti hamil sayang." bisik Ric.

Marine mulai mencoba memberontak. Ric menahan pergerakan Marine yang terasa ringan bagi dirinya. "Karena kamu bilang gak bisa hamil hanya dengan yang tadi saja. Mari kita ulangi sekali lagi." ucap Ric sembari hendak memperkosa Marine.

........................

Tenggorokan Marine terasa sakit dan juga kering karena lama berteriak sambil menangis. Air matanya sudah kering menyisakan matanya yang sakit dan memerah. Ric dengan tubuh besarnya menimpa tubuh langsing Marine. Keadaan mereka masih menyatu dan Ric tengah menuntaskan klimaksnya yang masih keluar. "Kamu hamil, mami. Percaya pada papi. Pesta ulang tahun papi di tahun depan kita akan bertiga."

"Kamu kenapa jahatin aku?" tanya Marine dengan wajah kelelahan dan suara amat pelan seraya menatap Ric

"Kamu jodoh saya. Orang tua kamu melarang saya untuk mendekati kamu setelah kakekmu meninggal. Saya sudah pernah melamarmu selepas kamu lulus SMA. Sewaktu itu saya sudah hampir kepala 3. Saya sudah siap menikah, namun calon istri saya katanya hendak melanjutkan ke S1 hukum. Saya juga diusir calon mertua."

"Kamu pemain wanita, perokok, penjudi, narkoba. Jadi saya benci kamu!" marah Marine dengan suara yang nyaris menghilang.

Ric tersenyum dengan ucapan Marine. "Saya sudah mendapatkan kamu. Saya juga sudah berhasil menanam di rahimmu. Maka dari itu saya tidak akan melakukan seks di luar lagi. Hanya istri saya yang berhak melayani saya. Saya juga berhak memuaskan nafsu istri saya."

Marine memukul Ric dengan sisa - sisa tenaganya. Ric hanya menganggap semuanya angin lalu karena pukulan yang diberikan Marine tidak ada artinya. "Sayang, nanti kita ukur baju pengantin ya." ucap Ric dengan santainya.

"Gak mau!" geram Marine.

Ric segera melepaskan diri dari tubuh istrinya. Kemudian mengusap perut Marine dan mengecup berkali - kali. "Anak papi kuat. Lahir dengan sehat ya sayang."

Marine menatap ke arah lain dengan mengepalkan kedua tangannya. Ric yang melihat Marine begitu segera melepas kepalan tangan wanitanya. "Sekarang memang masih harus saya paksa setiap kita bercinta. Percayalah di hari - hari selanjutnya kamu akan mendesah dan akan selalu rindu dengan belaian saya."

Marine of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang