BAB 27

205 23 0
                                    

"Gimana rasanya melahirkan Mar?" tanya Delima.

Marine tersenyum. "Agak sakit tapi ketika bayi yang kamu kandung selama 9 bulan berhasil keluar selamat dan sempurna. Bagian itulah yang membuat kamu seperti terbang ke awan. Seketika lupa rasa sakit."

"Kamu hebat ya Marine. Oh ya kenalin aku Delima, istri dari Adi temannya mas Ericko." ucap Delima sembari mengulurkan tangannya.

"Iya Delima seneng bisa kenalan sama kamu." balas Marine yang langsung menjabat uluran tangan Delima.

"Anak kamu tidur?"

"Iya Del. Nanti kalau udah bangun kamu boleh main sama anak aku. Asal cuci tangan dulu ya."

"Iya Mar aku ngerti. Bayi kan masih rawan sensitif."

"Anak kamu di rumah?"

Delima tersenyum tipis. "Belum ada anak aku Mar. Mas Adi masih pingin aku sama dia kayak pacaran terus."

Marine menganggukan kepalanya. "Iya pacaran dulu sampai puas." goda Marine.

"Bisa aja kamu." balas Delima.

"Del, ini kenapa biru? Kamu sakit?" Marine memergoki pergelangan tangan Delima yang membiru.

"Ee... itu gak sengaja kegores jadi biru Mar." balas gugup Delima.

"Kamu udah berapa tahun menikah?"

Delima terlihat semakin gugup. "3 tahun, Mar."

Marine kembali menemukan bercak kebiruan di jari tengah Delima. "Del, maaf sebelumnya. Tapi kamu baik - baik aja kan?"

"Aku gak bisa cerita di sini. Aku juga gak mau beratin kamu. Kamu kan baru saja melahirkan."

Marine menganggukkan kepalanya. "Take care, Del. Kalau ada apa - apa bilang sama aku ya. Aku kan kuliah jurusan hukum. Siapa tahu membantu."

Delima menganggukkan kepalanya. "Pasti Mar. Minta nomor whatsapp kamu ya."

"Oke." balas Marine.

...................

Hari ini kepulangan Marine ke rumah. Keributan kembali terjadi pada Kansa dan Ric mengenai rumah yang akan ditempati Marine dan Langit. "Pah, kasih Langit ke rumah papinya sampai besok ya. Langit harus tahu kedia...."

"Marine! Bicara apa kamu itu?!" sela Kansa dengan emosi memuncak.

"Papa gak mau tahu Marine. Kamu sama Langit pulang ke rumah papa." sambung Kansa.

"Mas, mengalah ya. Biarkan papa yang membawa aku pulang." ucap Marine dengan nada lembut pada Ric yang terlihat mulai ikut emosi.

"Mar gak bisa begitu! Aku harus membawa kamu dan bayi kita karena aku akan nikahin kamu!" ucap Ric yang terdengar tegas dan tak ingin dibantah.

"Eh manusia kotor! Gak usah nikahi anak saya! Kamu saja kotor! Saya gak mau anak dan cucu saya ikutan jadi kotor karena kamu!" marah Kansa.

"Mas, please! Aku gak mau semuanya jadi buruk. Biarin aku pulang ke rumah papa." ucap Marine dengan nada memohon pada Ric.

Ric menghela napasnya. "Sayang jagain mami ya. Papi akan jemput kalian segera." ucap Ric pada putranya yang berada di gendongan Marine. Langit tengah terlelap ketika papinya memberinya pesan untuk menjaga sang mami.

Marine tersenyum saat Ric memandang lekat dirinya. "Hati - hati." ucap Ric.

"Iya, kamu juga mas." balas Marine.

"Pulanglah. Aku sudah selesai bayar urusan rumah sakit." jelas Ric dengan posisi tubuh kembali tegak setelah tadi menunduk demi memberi amanat pada sang buah hati.

"Duluan mas." ucap Marine lalu segera meninggalkan Ric.

"Langit lelap banget ya sayang." bisik Marine di telinga bayinya sembari berjalan meninggalkan ruang inap disusul Kansa.

Ric menghela napasnya melihat kepergian Marine dan bayi mereka. Saat ini ia benar - benar menahan emosinya pada Kansa. "Suatu saat kamu yang akan merasakan perihnya ketika Marine kubawa pergi." ucapnya dengan raut wajah sinis.

......................

Tiba di rumah Marine langsung disambut hangat mama dan kakak laki - lakinya. Langit pun langsung menjadi pusat perhatian bagi Danan. Ia sudah siap siaga menggendong sang keponakan. Sedangkan Marine mengistirahatkan tubuhnya yang lelah di atas sofa. "Nih minum jamu pasca melahirkannya." ucap Dona pada sang anak sembari menyerahkan secangkir jamu pasca melahirkan.

"Terima kasih mama." balas Marine sebelum meminum jamu tersebut dalam sekali teguk.

"Marine, tolong ikut apa yang papa dan mama bilang. Kami bukan berusaha mengekangmu. Tapi kami menyelamatkan kamu dari pria yang tidak jelas asal usulnya. Bahkan pekerjaannya bandar narkoba. Itu pekerjaan yang tidak baik sayang. Mama tegaskan kamu tidak apa jika tidak menikah. Mama dan papa akan rawat kamu serta Langit semampu kami. Kami ingin kamu tetap di sini." jelas Dona dengan nada lembut.

"Marine pikir - pikir dulu ya mah." ucap Marine.

"Mau dipikir gimana lagi nak? Ericko itu tidak baik! Dia tidak pantas untukmu sayang." ucap Dona dengan perasaan menahan kesal.

"Tapi mah, Ericko adalah papa dari Langit mah. Aku juga gak mau mama, papa dan kakak nahan perasaan kesal kalian jika kelak tetangga mulai tahu aku hamil dan melahirkan seorang anak laki - laki tanpa menikah serta memiliki suami. Tetangga mulutnya jahat mah." ucap Marine dengan hati - hati.

"Kami berencana bawa kamu pindah rumah." jelas Dona.

"Lalu di sini?"

"Biarkan kakak aja di sini. Mama, papa, kamu sama Langit akan tinggal di apartemen kakak kamu. Jadi biar kakakmu di sini." jelas Dona.

"Mama gimana sih? Ric itu tinggal 1 gedung sama aku. Mama mau kasih timggal si Marine deket sama Ric dong." ucap Danan.

"Papa sudah ubah semuanya. Papa akan titipkan Marine dan anaknya di desa. Di tempat tinggal anak buah papa. Letaknya agak dipelosok dan papa jamin Ric tidak akan bisa mengendus keberadaan Marine dan Langit." jelas Kansa dengan ucapan dan raut wajah serius.

"Dan kamu Marine, papa tidak izinkan kamu menikah dan berhubungan lagi sama Ric!" tegas Kansa.

Marine mengangguk lemah karena sudah lelah fisik dan mentalnya. "Aku mau yang terbaik saja pah." pukasnya.

"Papa akan pindahkan kamu minggu depan. Papa mau Langit bisa seminggu di rumah ini merasakan kehangatan di sini sebelum kalian papa titipkan di desa." jelas Kansa.

"Baik pah." jawab Marine.

..................

Ric nampak cemas selama bekerja. Ia terlalu memikirkan Marine dan Langit. "Seharusnya gue sekarang bahagia dengan adanya Langit! Kenapa jadi makin susah ba--sat!" geram Ric sembari meremas kertas kosong.

"Permisi bos, pengiriman barang ke Aceh mengalami kendala. Mobil ban pecah dan mesin kepanasan. Anak buah bos sedang terjebak di hutan belantara." ucap anak buah Ric.

"Sudah kirim bantuan?"

"Sudah bos. Tapi bos, saya takut ladang ganja di Aceh diincar polisi bila tak bayar uang iuran pada mereka."

"Sudah saya bayarkan tadi. Bos mereka sudah ke sini. Sudahlah kamu pergi! Saya pusing sekali ini." usir Ric.

"Baik bos, saya permisi." ucap anak buah Ric.

Tak lama kemudian Nadia masuk. "Pak, tadi saya dapat telepon dari orang tua anda. Mereka baru tiba dari Jepang. Mereka katanya mau jenguk cucunya. Bahkan ibu anda sudah merenovasi 1 kamar di kediamannya sebagai kamar spesial untuk Langit." jelas Nadia.

"Telepon balik mereka. Bilang kalau calon menantu dan cucu mereka ditahan keluarga Kansa." jelas Ric yang terlihat begitu stress.

"Bapak baik - baik saja kan?" ucap cemas Nadia seraya menghampiri Ric.

"Saya kurang baik Nad. Saya izin pulang dulu ya. Kamu tanganin semuanya bisa kan? Saya stress sekali." ucap Ric seraya bangun dari kursi kerjanya.

"Baik pak, saya akan tangani semuanya." ucap Nadia.

••••••

Telat banget yaa semoga kalian masih pada baca.

Marine of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang