Ric mengusap pipi Marine dengan tatapan bahagia. "Terima kasih Tuhan. Sudah memberikan wanita ini untuk saya peluk. Sudah mendekatkan saya dengan Marine dan menghadirkan calon putra kami diperut wanita saya ini."
"Pap, anak ini sebentar lagi makin membesar." ucap Marine sembari mengelus perutnya.
"Karena Langit segera lahir mam." jawab Ric disusul dengan mencium lama bibir Marine.
"Kamu tahu kan aku sekarang susah gerak kalau tiduran. Kamu malah ngajak aku begini." ucap Marine sembari memukul pelan dada Ric.
"Ngajak apa mami sayang?" goda Ric dengan senyum liciknya.
"Mengajak mami capek papi nakal!" ucap Marine dengan nada kesal namun hanya pura - pura.
Ric tertawa dan segera mencium pipi Marine. "Mami yang paling beda dan istimewa. Love you."
"Too pap." Marine membalas ciuman Ric dengan mencium lama pipi kanan papi anaknya itu.
"Mam, tidur ya. Ini sudah hampir pagi lho.".
"Karena papi ya." balas Marine.
"Tapi mami suka juga kan. Sampai mami men...." belum selesai berbicara Marine sudah menutup bibir Ric dengan telapak tangannya.
"Kamu nyebelin!" rajuk Marine.
Ric tertawa dan segera membawa Marine kembali ke dalam peluknya. "Mami, papi seneng sekali mami bisa tidur di sebelah papi. Rasanya papi super bahagia. Gak kesepian lagi."
"Iya papinya Langit."
"Papi sayang sama mami. Papi gak mau jauh - jauh dari mami."
"Aku ngantuk sayang." balas Marine dengan mata terpejam.
Ric mencium kening Marine dengan begitu dalam. "Sayang sekali ibunya Langit."
......................
Marine merasakan gejolak yang berbeda setiap bulan semenjak usia kehamilannya bertambah. Ia merasa semakin dekat dengan sosok pria dewasa yang sudah menghamilinya itu. Pria yang dulunya ia tak suka karena berwajah terlalu tua menurutnya dan menyeramkan. Namun kini Marine malah secara suka rela menyerahkan tubuhnya untuk dijamah oleh Ric. Bahkan Marine tanpa sadar mendesah dengan nikmat.
"Ric, nanti aku lahiran. Kamu harus ada di samping aku. Aku takut sendirian Ric. Kamu yang buat kamu harus bertanggung jawab ikut nemenin proses lahirannya." ucap Marine sembari menarikan jemari telunjuk kanannya di wajah Ric.
"Ericko. Ericko Wisesa Abraham. Aku mau jadi istrimu."
Ric tetap diam tak bergeming. Pria itu masih terlelap dengan damai. "Iya sayang, nanti sama papi terus ya kalau sudah lahir. Mami juga akan ada di samping kalian." ucap Marine sembari mengusap perut buncitnya.
Ponsel Ric berdering dan Marine segera mengangkat panggilan tersebut. "Halo?"
"Ibu Marine?"
"Iya?"
"Selamat pagi ibu. Saya sekretarisnya pak Ericko. Saya hanya ingin mengingatkan bahwa pagi ini pukul 10 pak Ericko sudah harus berada di Bandara Soekarno Hatta. Karena pak Ericko ada peninjauan lahan di luar daerah bu."
"Oke nanti saya sampaikan. Terima kasih ya."
"Sama - sama ibu. Semoga hari ibu menyenangkan salam hangat dari saya sekretaris pak Ericko."
"Baik sama - sama."
Panggilan berakhir Marine mengusap pipi Ric. "Sayang, bangun. Ini udah jam 8 pagi lho! Kamu kan ada peninjauan lahan di luar daerah. Gimana sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marine of Sea
RomanceMarine ternyata telah dijodohkan sejak lama dengan Ric. Pria yang nyatanya ditolak mentah - mentah oleh keluarga Marine.