Ric mengusap wajahnya beberapa kali saat tengah mengawasi Marine dari kejauhan. Saat ini Marine sudah berada di Cianjur, begitu juga dengan Ric. Informan Ric telat menyampaikan informasi. Jadi ketika Ric baru saja tiba di Tarutung, kenyataanya Marine sudah berada di Cianjur. Hal itu membuat Ric menempeleng berkali - kali informannya.
"Mam, kenapa buat pap kecewa? Seharusnya kita menikah lalu menunggu kelahiran anak pertama kita." ucap Ric dengan raut frustasi. Matanya juga nampak berkantung.
Ric keluar dari mobil dan menatap ke arah jendela kamar Marine. Ric tengah menunggu urusan sewa rumah di samping rumah Marine selesai. Anak buahnya yang mengurus semua itu. "Bos, rumah sudah selesai diurus. Anda bisa langsung menempatinya." ucap seorang bodyguard yang menghampiri Ric.
"Siapkan sup kepala ikan. Saya ingin makan itu." ucap Ric seraya berjalan menuju rumah sewaannya.
"Baik bos." balas si bodyguard.
..................
Marine meremas baju dasternya setelah menutup rapat jendela kaca kamarnya. Tadi saat membuka jendela kamar ia melihat sosok Ric sedang mengawasinya dari halaman depan rumah sebelah. Pria itu tak pernah menyerah mengejar dirinya. Padahal menurut keterangan Dona, Ric sudah dilaporkan ke pihak berwajib. Bahkan sudah dipanggil oleh pihak polisi. Namun sepertinya pria itu kebal akan hukum.
Marine kemudian meluruh ke lantai dengan wajah frutasi. Sekitar beberapa waktu lalu ia mengalami bercak darah yang ia pikir darah dari haid yang tak lancar. Namun setelah ia tak sengaja menonton acara TV seputar kehamilan tadi. Bercak darah yang dialaminya adalah salah satu tanda dari telah terjadinya sebuah kehamilan pada rahimnya.
Marine tidak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Mengugurkan bayi yang ia kandung sama saja dengan ia membunuh dirinya sendiri. Namun di sisi lain ia juga belum siap menjadi seorang ibu untuk anak hasil hubungannya dengan Ric.
"Marine makan gih, mama udah siapin nasi goreng." ucap Dona saat baru masuk ke dalam kamar sang anak.
"Mah, aku lihat Ric di halaman rumah sebelah." ucap Marine dengan raut wajah gusar. Mendengar penuturan putrinya seketika Dona langsung kaget.
"Dia di sini?" tanya Dona dengan tangan gemetar. Jujur ia takut Ric kembali mengambil putrinya.
Marine menganggukkan kepalanya. "Aku liat dia lagi duduk di atas kap mobilnya."
"Sialan bajingan itu! Nanti mama akan diskusi sama papa. Kita harus pergi ke mana lagi agar si gendut itu tidak tahu keberadaanmu." ucap kesal Dona.
"Aku takut dia ma." ucap lesu Marine seraya menghampiri dan memeluk mamanya.
"Mama benci dia sayang. Sudah tahu mama menolak lamarannya. Tapi si jelek itu malah menculik kamu. Syukur kamu belum sempat ditidurin sama dinikahin." ucap Dona seraya membalas pelukan sang anak.
"Kamu tenang aja. Mama di sini yang akan jagain kamu. Sekarang makan dulu. Pokoknya selagi kamu di rumah ini semuanya akan aman saja." ucap Dona sembari menenangkan anaknya.
"Iya mah. Sekarang aku akan makan." ucap Marine.
................
Selesai sarapan pagi Marine memilih untuk menonton TV. Pikirannya masih kacau saat ini. Pandangannya memang menuju ke arah TV, namun pikirannya berlarian ke sana - ke mari. Dering ponsel membuyarkan lamunan Marine. Dengan cepat ia mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo." ucap Marine. Ia sedikit was - was karena yang menelepon adalah nomor pribadi.
"Mam, apa kabar? Papi kangen mam." ucap Ric dengan suara serak. Pria itu menelepon Marine dengan nomor pribadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marine of Sea
RomanceMarine ternyata telah dijodohkan sejak lama dengan Ric. Pria yang nyatanya ditolak mentah - mentah oleh keluarga Marine.