Ric menyelesaikan transaksi narkoba dengan ditemani Airin. Hal itu membuat Gio, sang pelanggan tersenyum miring. "Anisa ditinggal di mana Ric?" ejeknya.
Ric tertawa usai mendengar ucapan Gio. "Selesai. Gue sudah ada maminya anak - anak."
"Dia?" tanya Gio seraya melirik ke arah Airin.
"Maaf pak saya cuman temennya Ric." ucap Airin dengan ekspresi wajah sebal.
"Calon bininya Ric lagi hamil besar." sambung Airin.
Ric mengangguk sembari meminum cocktailnya. "Cepat atau lambat kamu juga akan mengenalnya." ucapnya.
"Tentu Ric. Aku penasaran dengan calon istrimu yang mau saja dihamili oleh pria sepertimu ini." ucap Gio seraya terkekeh.
Selesai melakukan transaksi narkoba Ric mengantarkan Airin pulang. Setelah dari rumah Airin, ia sempat mampir ke rumah Marine dengan mengendarai mobil fortuner tipe lama miliknya. Ia tersenyum saat menatap ke arah kamar Marine yang berada di lantai 2. Ia masih belum lupa akan kenangan yang ia dan Marine lakukan beberapa jam yang lalu. "Aku sayang kamu, Mar."
Ric kemudian menghela napasnya saat mengingat perlakuan buruk keluarga Marine padanya. "Aku ingin berada di samping Marine saat dia melahirkan." ucap Ric dengan tegas.
"Sayang Langit, jaga mami yaa. Papi pulang dulu." ucap Ric sebelum meninggalkan kawasan rumah Marine.
................
"Tasya, maaf aku enggak bisa melanjutkan pekerjaan ini. Beberapa minggu lagi aku akan melahirkan." ucap Marine.
Tasya yang sedang bersantai di samping Marine setelah usai bekerja nampak terkejut. "Kamu hamil? Kamu enggak bohong kan?"
Marine kemudian berdiri dan melepas blazer kedodoran yang ia pakai. Perut buncit Marine terpampang jelas setelah wanita itu melepaskan blazer yang ia pakai. Tasya terkejut luar biasa dan menutup mulutnya yang menganga. "Marine, kenapa kamu tutupi semua ini?" ucap Tasya seraya berdiri dan memegang kedua bahu temannya itu.
"Aku pasti enggak izinin kamu bekerja dalam kondisi hamil. Siapa Marine, siapa yang hamilin kamu? Mama, papa sama kakakmu sudah tahu tentang kehamilan ini?" ucap Tasya yang nampak panik.
"Maaf ya Sya. Aku menutupi semua ini karena siapa yang ingin hamil di luar nikah? Aku malu, Sya." ucap Marine seraya menundukkan kepalanya.
Tasya langsung memeluk Marine. "Keluargamu sudah tahu kan?" tanyanya.
"Mama, papa sudah, tapi kakak belum." jawab Marine seraya masih menundukkan kepala.
Tasya menghela napasnya. "Kamu sama Agas sudah putus kan? Apa Ag..."
"Bukan Sya, bukan dia! Dia tidak ada sangkut pautnya dengan kehamilanku ini." jelas Marine dengan cepat seraya menatap Tasya.
"Oke lah kalau kamu enggak mau bahas tentang papa dari anakmu." jelas Tasya.
"Gimana kalau kita jalan - jalan. Aku laper nih pengen makan di luar. Kamu juga kan?" tanya Tasya yang mencoba mengalihkan topik pembicaraan. Ia melihat Marine seperti enggan membicarakan tentang kehamilannya.
"Maaf ya Sya. Aku harus pulang. Menjelang melahirkan aku makin sering capek." jelas Marine.
Tasya menganggukkan kepalanya. "Aku akan anggap kamu cuti, Mar. Jadi seminggu ini kerja dulu ya. Soalnya aku harus cari pengganti dulu."
Marine menganggukkan kepalanya. "Setelah selesai fase 40 hari pasca melahirkan, aku akan kembali kerja sama kamu. Jujur aku enggak bisa lama - lama di rumah."
Tasya terlihat menggelengkan kepalanya. "Aku akan izinkan kamu cuti 2 bulan. Jangan terlalu dipikirin soal kerjaan Mar. Ada dedek bayi yang lebih prioritas." ucap Tasya dengan hati - hati.
Marine menghela napasnya. "Baiklah Sya. Kalau begitu aku pamit pulang dulu ya. Sekali lagi aku minta maaf karena hanya sebentar aku berkerjasana sama kamu."
Tasya menganggukkan kepalanya. "Kamu nyetir sendiri?"
Marine menganggukkan kepalanya. "Iya."
"Mau aku anterin?" tawar Tasya namun Marine membalas dengan gelengan kepala.
"Aku masih bisa nyetir kok. Ya udah aku pulang ya Sya." ucap Marine.
"Iya Mar. Hati - hati ya!" ucap Tasya yang dibalas anggukkan oleh Marine.
..................
KAMU SEDANG MEMBACA
Marine of Sea
RomanceMarine ternyata telah dijodohkan sejak lama dengan Ric. Pria yang nyatanya ditolak mentah - mentah oleh keluarga Marine.