BAB 9

544 49 28
                                    

Kansa menyulut rokoknya yang ke 3 sambil menatap langit malam yang begitu gelap. Tiada setitik cahaya bintang apalagi bulan yang menghiasi langit. Putri semata wayang sekaligus anak bungsu yang ia banggakan sedari kecil telah rapuh. "Saya pikir, ia akan menjadi jaksa yang handal kelak. Atau setidaknya menjadi pengacara kondang yang sukses di sana - sini. Maafkan kelalaian saya Tuhan."

"Mari minta maaf pah." ucapan lirih Marine membuat Kansa berbalik badan. Pria itu tak menyangka putrinya datang menghampirinya. Dengan cepat Kansa membuang lalu menginjak sisa puntung rokoknya.

"Kamu kenapa keluar?" tanya Kansa.

"Mari udah kecewain papa. Mari malu gak bisa berbakti sama papa. Mari berdosa pah." lirih Marine sembari menangis.

"Sini nak." panggil Kansa, namun Marine tidak bergerak mendekati papanya.

"Sini nak." ulang Kansa dengan nada yang lembut.

"Aku gak mau gugurin bayi ini pah." ucap Marine dengan berani.

"Siapa yang mau gugurin anakmu, sayang? Papa gak marah sama kamu. Ini salah bajingan itu. Papa juga gak membenci bayi tak berdosa yang berada di perutmu." ucap Kansa dengan tenang.

Marine mendekati papanya dan segera memeluk Kansa dengan erat. "Pah, Marine takut. Maafin Marine. Aku takut papa benci dan jauhin aku." ucap Marine yang diiringi isak tangis.

"Papa di sini sayang. Papa tidak akan menjauhi putri semata wayang papa." jawab Kansa seraya membalas pelukan putrinya.

Marine menangis puas dipelukan papanya. Kansa mencium puncak kepala putrinya. "Papa maaf, ma..af aku hanya buat papa kecewa." lirih Marine.

"Marine bodoh jaga diri pah. Marine udah buat papa kecewa, mama kecewa. Aku gak tahu gimana nanti reaksi kak Danan. Semarah apa dia ke aku."

"Nanti papa yang akan bicara sama Danan. Sekarang kamu gak boleh stres."

"Maafin Mari pah."

"Udah sayang. Tidur sekarang ya. Sudah larut malam. Kamu gak baik begini." ucap Kansa sembari menggendong putrinya.

"Kita ke kamar sekarang." ucap Kansa yang dibalas anggukkan oleh sang putri.

...........................

Ric meninju tembok kamarnya berkali - kali. "Kenapa sih? Kenapa? Dia udah hamil bukan? Seharusnya orang tua mana pun akan cari cowok yang ngehamilin anak perempuannya buat disuruh tanggung jawab. Di sini gue udah siap tanggung jawab. Tapi si Kansa itu sok jual mahal." marah Ric dengan ekspresi wajah begis. Ditambah rambutnya yang ia biarkan agak panjang serta kumis dan janggutnya yang tak ia pangkas.

"Lo culik aja lagi si Mari." ucap Leo.

"Penjagaan dia udah ketat sekarang. Kansa juga udah laporin gue berkali - kali ke polisi. Gue udah berusaha semaksimal mungkin buat tutup paksa kasus dengan nyuap ke pihak kepolisian." jawab Ric sebelun meminum sebotol bir.

"Mereka gak mau damai?" tanya Leo. Mereka yang dimaksud Leo adalah keluarga Marine.

"Masih nego." balas Ric yang kini meninju samsak.

"Gila 1 bulan lho, Ric. Dia pasti lagi ngidam ini itu." ucap Leo sebelum meminum birnya.

"Gue berharap dia gak gugurin anak itu." ucap Ric dengan suara pelan seraya menghentikan pukulannya pada samsak yang tergantung di kamarnya.

"Gue gak seganteng si bajingan tengik itu. Gue juga ketuaan buat Mari...."

"Harta lho banyak dan di sana - sini, Erick. Gue sodorin keponakan gue buat dijadiin sugar baby lo pasti dia mau banget." sela Leo.

Marine of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang