BAB 2

892 74 27
                                    

Ric memarkirkan mobilnya tak jauh dari sebuah rumah megah nan mewah. "Mami kalian sudah keluar belum ya?" Ric tengah memantau situasi rumah keluarga Brahmawijaya dari luar rumah. Pria itu masih kesal dengan ucapan Dona sesuai yang disampaikan pembantunya.

"Papi gak takut untuk bunuh pria yang ingin mengambil mami kalian." gumam Ric.

Ric bersembunyi di dalam mobil toyota Fortuner. Sengaja ia memilih mobil yang biasa baginya agar tidak mengundang perhatian banyak orang. Pria itu kemudian membuka kaca mobil karena ia akan merokok. Ric menghisap dalam rokoknya ketika melihat Marine keluar dari rumah. "Cantik sekali. Lembut dan memesona. Kalian pasti lahir cantik dan tampan. Papi percaya itu hanya dengan melihat mami kalian saja."

Selanjutnya Ric mengikuti ke mana Marine pergi. Marine pergi menggunakan mobil Honda Brio. Sesampai tempat tujuan Ric akhirnya tahu ke mana calon istrinya mampir. Sebuah firma hukum dan Ric segera mendial beberapa nomor.

"......."

"Halo bos. Apa Marine menaruh lamaran di perusahaanmu"

"......."

"Oh begitu. Baiklah. Saya harap kamu memperlakukan gadis saya dengan baik."

"........."

"Ya, mungkin sebulan lagi."

"........"

"Terserahmu. Intinya ketika gadis itu telah berada di sisi saya. Dia tidak akan saya perbolehkan bekerja. Harus full menyiapkan urusan rumah tangga."

"........"

"Baiklah. Sampai jumpa."

..................

Marine berlari menuju ke dalam rumah dengan wajah gembira. Dona terheran - heran melihat anaknya yang terlihat begitu gembira. "Mama Mari diterima di Firma Hukum Ardiansyah." ucap Marine sembari memeluk mamanya.

"Wah selamat ya sayang." ucap Dona dengan gembira.

"Ma, tapi aku harus dilatih selama 6 bulan dulu jadi belum kerja sepenuhnya. Belum dapat gaji sama sekali." mendengar itu Dona seketika menjadi sedih.

"Ya udah, kamu yang rajin belajar pas training ya. Jadilah putri mama yang selalu murah senyum dan lemah lembut. Jangan melawan senior, anggap saja dia guru sekarang. Kalau sudah kerja nanti maka dia adalah sainganmu." Marine mengangguk sambil memamerkan senyuman manisnya.

"Kapan mulai dilatih?"

"Minggu depan."

"Gimana kalau kita holiday ke villa papamu yang dekat pantai itu sebelum kamu mulai kerja?"

Marine mengangguk dan tersenyum manis ke arah mamanya. "Tentu aku mau ma."

"Ajak Agas kalau dia mau. Kita ambil hari Jumat sore sampai Minggu sore."

"Okeh, pasti calon menantu mama itu setuju."

"Gak sabar nunggu kamu dilamar Agas."

"Aku juga gak sabar jadi istrinya Agas, ma." balas Marine bersemangat.

"Permisi, bu. Cakenya sudah matang. Sudah saya keluarkan dari dalam oven." jelas seorang pembantu paruh baya sekaligus saudara bi Asih.

"Terima kasih, Nem." ucap Dona dengan tersenyum.

"Sama - sama nyonya. Saya permisi ke belakang." ucap bi Inem seraya undur diri.

"Mama buat cake?" tanya Marine dengan senang hati.

"Red velvet."

"Aaa..Marine mau, ma."

"Ayo kita makan sekarang cakenya!" ajak Dona seraya merangkul anaknya menuju dapur.

Marine of SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang