❝ lass uns reden ❞

176 22 9
                                    

︶꒦꒷♡꒷꒦︶

Di akhir tahun seperti saat ini, kota Feltbeaux dituruni hujan salju. Rintikan putih terus menumpuk di pinggir jalan, atap rumah, dan pohon-pohon.


Kejadian kemarin malam mengejutkan seorang Elora Mraw.

Bukan hanya karena perbuatan Draco, tetapi juga tentang 'kekuatan' nya yang tidak akan dimengerti oleh seorang manusia kecuali mungkin orang pintar.

Masih banyak pertanyaan yang ingin Elora sampaikan kepada Draco. Saking banyaknya, Elora berpikir untuk membawa kamera redaksi dan mewawancarai Draco.

Sebagai intermezzo, Elora mulai memfokuskan dirinya untuk mengejar impiannya menjadi leksikograf. Sesuai dengan jurusan linguistik, ia mau memperdalam tentang perancangan dan evaluasi kamus lebih lagi.

Elora terbilang ambisius dan juga tekun dalam mengerjakan suatu hal, jadi dia mulai aktif dalam mencari informasi dan ilmu dari berbagai sumber dan informan. Tak sedikit kakak tingkat dan teman-teman seangkatannya yang beda jurusan jadi mengenal nama, Elora Mraw.

Ada yang ingin berteman, ada yang ingin berbagi ilmu, tapi ada juga yang mendekatinya karena sekedar tertarik. Dalam rangka apapun itu, sampai saat ini semua orang yang ada di sekitar Elora selalu membuatnya senang. Tidak ada rasa risih ataupun tidak suka. Elora senang bisa mendapat banyak teman.

Sejauh ini, ada peningkatan dalam pembelajarannya. Tak sia-sia Elora telah meluangkan waktunya untuk belajar pagi, siang, dan malam yang kadang ditemani oleh Vian yang juga cerdas.

Elora tetap membatasi aktivitas belajarnya, dia tidak mau lagi tertekan karena jenuh dengan apa yang ia kerjakan secara terus menerus. Seperti sekarang, Elora akan menuju ke jembatan Feltbeaux untuk tur jajanan malam. Dengan kata lain, ia menganggap ini sebagai kencan.

"Dek, jangan lupa pakai syal, dingin soalnya!" Teriak Vian dari dalam kamarnya. Suaranya nyaring namun kedap.

"Iya, udah. Gue pergi gulu ya!" Balas Elora dari teras rumah. Suaranya tak kalah nyaring. Terdengar seperti adu mulut.

Vian berlari kecil ke teras rumah, mengira Elora sudah benar-benar siap untuk jalan. Vian melihat Elora sedang mengikat tali sepatunya, "Hati-hati. Kalau Draco nakal, tarik jambangnya."

Saran Vian membuat Elora tertawa, "Hahaha... Iya."

"Kunci rumah udah?" Tanya Vian, mengingatkan.

Elora hanya menganggukkan kepalanya.

"Kalau ada apa-apa langsung hubungin." Tambah Vian sekali lagi.

"Iya Viannn." Elora menjawab peringatan Vian yang kian bertambah, "Semoga langgeng sama pacar ya, hehe." Elora berdiri dari duduknya, selesai mengikat tali sepatu dan menggulungkan syal tebal di lehernya.

Vian terkekeh, terlihat sombong, "Kalau soal itu, jelaslah. Enggak perlu lo khawatirkan." Senyumnya memperlihatkan giginya yang tersusun rapi.

"Sip! Gue pergi dulu." Elora melambaikan tangannya sembari mengambil langkah yang besar, berjalan menjauh dari rumah.

Vian yang masih setia berdiri di ambang pintu tersenyum melihat adiknya yang sudah semakin besar. Mungkin berlebihan, tetapi Vian dapat merasakan kedewasaan yang mulai muncul pada adiknya yang selalu dia anggap kecil.

Namun, setelah itu senyumnya sirna. Vian menggeleng-gelengkan kepalanya, menyadari kalau perubahan perasaan Elora berubah secepat itu. Kemarin-kemarin ia menangisi Draco. Sedangkan, hari ini dia sudah tak sabar untuk melihatnya.

Verlangen [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang