❝ guten morgen ❞

149 16 5
                                    

︶꒦꒷♡꒷꒦︶

Langit berwarna biru gelap berangsur-angsur semakin tergantikan oleh terangnya biru langit dan awan putih layaknya cuaca cerah pagi hari pada umumnya.

Seumur hidupnya, Draco tidak pernah sekalipun bangun ataupun tidur di atas sofa dalam kamarnya. Hanya demi kenyamanan Elora dia merelakan tulang punggungnya terasa remuk semalaman.

Memang sofanya terbuat dari bahan yang terbaik dengan kualitas yang terbaik pula, tetapi apa yang diharapkan dari seorang yang selalu tidur di atas kasurnya selama ia hidup? Dia sudah berusaha sedemikian rupa agar badannya bisa beradaptasi dengan lekukan pada sofa itu namun sangat sulit. Dia bisa tidur tapi tubuhnya tidak.

Sebenarnya ada banyak sekali kamar tidur di rumah ini. Malahan terlampau banyak untuk tiga orang member keluarga. Tetapi, Draco tau kalau Elora tidak akan bersedia untuk ditinggal sendiri di rumah sebesar ini.

Draco membuka gorden, mempersilakan cahaya matahari masuk ke dalam kamar, membuat segalanya jadi terang benderang.

Elora pelan-pelan membuka matanya. Dia melihat Draco yang sedang berdiri di depan jendela sambil sesekali mengurut dan memukul-mukul bahunya pelan. Elora jadi kasihan dan lagi-lagi merasa bersalah.

Draco menoleh, sadar telah membuat Elora bangun dari tidur, "Mandilah, kita akan ke luar." Kemudian ia menoleh kembali, menatap langit biru di luar.

Elora langsung menurutinya.

Dia sempat agak terkejut saat membuka pintu kamar mandi.

Bathtub luas itu sudah terisi air hangat dan bertabur kelopak-kelopak mawar merah. Semerbak bunga dengan mudah sampai ke hidung.

Persiapan mandi saja setotalitas ini– walau mungkin menggunakan sihir hanya perlu hitungan detik– tapi bagi Elora ini sungguh hebat. Benar-benar suatu pelayanan untuk berada di sana.

Di sisi lain, Draco sedang membaringkan badannya di atas kasur. Hitung-hitung suatu kesempatan yang bagus untuk beristirahat selama Elora membersihkan dirinya.


.0.


Alih-alih langsung pergi berjalan ke luar rumah untuk melihat-lihat kota, ternyata Draco mengajak Elora untuk menyarap terlebih dahulu. Suatu keharusan untuk mengisi perut sebelum beraktivitas. Sejujurnya Elora senang saja, tetapi 'faktor' yang dia takuti ada duduk di sisi meja.

Mau tidak mau Elora harus bergabung untuk makan bersama dengan keluarga Malfoy di meja makan yang super duper panjang. Ada 24 bangku di meja itu.

Elora tak berani menatap kedua orang itu.

Meski begitu, Elora dapat melihat dari ujung matanya dan merasakan desir tidak enak. Rasanya ada tatapan sinis dan tidak suka dari seseorang yang duduk di seberangnya. Siapa lagi kalau bukan si kepala keluarga.

"H-halo." Elora mencoba untuk membuka suasana yang nyaman. Keluarga ini memang selalu hening atau karena keberadaan Elora sehingga suara denting garpu dan sendok dapat terdengar sejelas ini? Elora gelisah.

"Dari dulu, turun-temurun, tidak pernah ada seorang muggle pun yang menginjakkan kakinya di manor ini." Sindiran kekecewaan itu tidak hanya ditujukan kepada Elora, tetapi juga Draco. Sapaan Elora tidak didengarnya.

Draco menyesap air murni bersodanya dari cangkir, lalu menaruhnya kembali, "Kalau begitu aku minta maaf karena mulai sekarang sejarah itu harus putus karena orang ini." Draco menunjuk Elora yang duduk bersebelahan dengannya. Elora hanya dapat tersenyum canggung.

Verlangen [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang