❝ ähnlich ❞

182 21 2
                                    


︶꒦꒷♡꒷꒦︶

Tugas kampus hari ini lebih melelahkan dari biasanya untuk Elora.

Pasalnya, tugas yang diberikan bukan hanya dua, bahkan bukan juga hanya tiga,.. tetapi ada empat jumlahnya. Semuanya tugas individu. Yang membuat tugas-tugas itu terasa melelahkan adalah karena Elora adalah orang yang cekatan. Dia langsung menyelesaikan tugasnya pada hari itu juga, padahal tugas tersebut tak seharusnya dikumpulkan besok. Dia hanya tak mau menambah beban pikiran untuk waktu yang lama.

Sampai waktu menunjukkan pukul 01.00 subuh, Elora baru bisa bersiap-siap tidur.

Matanya sangat berat dan tubuhnya sudah terlewat letih, namun ia malah tak bisa tidur karena melihat buku yang ada di atas mejanya. Buku 'Far Away'. Dia terlalu penasaran dengan pertanyaan-pertanyaan yang ada di kepalanya yang mungkin akan terjawab Ketika membuka buku itu.

Elora yang tadinya sudah berbaring, Kembali bangun untuk mengambil handphonenya dan menghubungi psikiater.

"Halo, Elora. Ada apa?" Sesuai dengan perkataannya, Psikiater Sanary siap dihubungi 24 jam.

"Umm... Aku ingin bertanya." Jawab Elora, sedikit segan mengingat waktu sudah subuh.

Suara tawa kecil terdengar dari sebelah sana, "Pasti tentang kognisi." Tebak psikiaternya.

Elora tertawa renyah, "Hahaha.. Iya."

"Kenapa? Anda sudah membacanya, bukan?"

"Ada yang masih susah aku pahami. Tentang sebab apa yang membuat aku bisa menciptakan kognisi. Apakah aku punya penyakit mental? Aku bingung karena aku merasa diriku waras."

Psikiater Sanary berdehem, mengerti, "Kalau itu, sesuai yang seharusnya anda sudah baca, tertulis bahwa hal itu tercipta dari pikiran dan emosi anda sendiri. Dari yang saya dapatkan dari konsultasi selama ini, kognisi anda ditimbulkan dari kerinduan mendalam anda akan orang tua."

"Memang begitu sih. Aku sangat merindukan mereka." Saat menyebut orang tuanya, Elora masih merasa kehilangan dan rasa itu sangat membebani hatinya.

"Kalau masalah penyakit mental, saya bisa katakan iya. Tapi, bukan berarti anda gila. Anda depresi berat. Dan yang bisa menyembuhkannya adalah pengontrolan pikiran."

"Dengan cara?" Elora meneguk ludahnya, memfokuskan telinganya untuk mendengar.

"Kau sudah melakukannya. Caranya adalah kurangi rasa kesepian anda dengan mencari teman dan bergabung dalam organisasi atau persekutuan."

Elora mengusap wajahnya kasar, "Aku mengerti." Elora menutup sambungannya.

Semua pertanyaan telah terjawab, namun bukannya lega, Elora malah semakin bergumul dalam pikirannya. Lelah sekali.


.0.


Suara orang yang berkumpul ramai di dalam café ini saling berasahut-sahutan. Wangi bubuk kopi juga sangat menyengat.

Elora sedang bersama teman-teman kuliahnya.

"Ngomong-ngomong, Elora sudah punya pacar?" Salah satu bertanya lantang.

"Aku..." Oh iya. Karena pertanyaan sang teman, Elora baru ingat kalau sudah beberapa hari setelah acara di rumahnya, Elora tidak pernah lagi bertemu dengan Draco. Mereka juga tidak bertukaran nomor handphone. Padahal biasanya mereka sering sekali tidak sengaja bertemu.

Verlangen [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang