❝ gegessen ❞

219 26 5
                                    

︶꒦꒷♡꒷꒦︶

Setelah bergabung dalam organisasi di kuliah, Elora jadi lebih percaya diri dalam bersosialisasi daripada sebelumnya. Memang tidak mudah, tetapi tidak pula sesusah yang dia kira. Teman-teman yang dia dapatkan dari kegiatan BEM lumayan banyak jumlahnya.

Dari organisasi ini dia juga bisa menyibukkan diri dari kesepian. Aktivitas yang harus dia kerjakan sudah setara dengan kesibukannya saat bekerja paruh waktu.

Ngomong-ngomong, Elora sekarang sedang berada di tea shop tempatnya bekerja. Ia mengaduk beberapa herba menjadi teh sehat yang manis untuk para pelanggan yang duduk sambal berbincang santai.

Elora senang karena pekerjaan yang dia kerjakan adalah sesuatu yang dia sukai. Tiba-tiba, handphonenya berdering dan menunjukkan tulisan 'Dokter Cinta' di layarnya. Elora baru saja mengubah nama kontak Vian menjadi Dokter Cinta.

"Halo, Kak?" Tentu saja Elora mengangkat handphonenya.

"Adek udah pulang?" Suara dari seberang sana dapat terdengar dengan jelas.

"Belum. Memangnya kenapa, Kak?" Tanya Elora seraya menempatkan beberapa cangkir teh pada tempatnya.

"Enggak apa. Cuma tanya." Tidak ada suara ataupun kalimat selanjutnya dari Vian.

Elora segera menutupnya untuk melanjutkan pekerjaannya, "Oke, bye." Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, habis pikir dengan Vian yang menghubunginya tanpa sebab.

Namun, hari ini mungkin memang hari keberuntungannya. Setelah melayani seorang pelanggan, pemilik tea shop menghampiri Elora, "Nak, kau sudah bekerja keras. Kau boleh pulang sekarang." Pemilik tea shop memberi senyum tertulusnya.

Elora ikut tersenyum melihat ekspresi wanita paruh baya yang sedang berdiri di hadapannya. Dia senang sekali bekerja di sini, "Terima kasih banyak. Saya pamit."

Jadwal Elora semakin padat, tapi dia menyukainya. Semakin sibuk, maka semakin dia bisa melupakan hal-hal yang dapat mengganggu pikirannya dan menemani rasa kesepiannya.

Kakinya melangkah ke tempat sang psikiater. Bangunan yang ia masuki ini bukanlah bangunan yang besar maupun bertingkat. Hanya klinik pribadi dengan ruangan yang cukup nyaman.

"Hai, aku ingin mengambil buku yang kemarin kau bilang." Sapa Elora yang sudah semakin biasa dengan tempat ini.

"Ah, iya. Sebelumnya, saya ingin menjelaskan dasar dari isi buku ini." Sang psikiater menempatkan buku itu di atas meja, "Ini buku tentang psikologi kognitif. Isinya menuliskan tentang manipulasi mental, pola pikir, dan kognisi atau brain imaging."

Elora melihat buku dengan judul 'Far Away' pada covernya di sodorkan tepat di depannya, "Aku kurang mengerti mengenai hal itu. Apakah kau bisa menjelaskannya dengan kata-kata yang lebih mudah untuk dicerna?"

Si psikiater tertawa mendengar permintaan Elora, "Jadi begini,... Setiap orang punya kognisinya masing-masing. Tapi, kognisi seseorang dapat mengalami pengrusakan atau disfungsi kerja memori sehingga menciptakan sesuatu dari pikiran anda sendiri. Misalnya, saat anda melihat sosok orang tua anda." Jelas psikiater itu.

Tanda nama sang psikiater berkilauan karena memantulkan cahaya matahari dari luar. Terukir tulisan 'Sanary Pposkinn' di sana.

"Maksudnya, semua yang aku lihat hanya fatamorgana?" Tanya Elora penuh dengan rasa penasaran.

"Kurang lebih seperti itu." Psikiater Sanary mengangguk, "Saya harap anda membaca buku ini. Dengan buku ini, anda akan mengetahui lebih banyak hal yang belum pernah anda lihat atau dengar sekalipun." Sekali lagi, Sanary menyodorkan buku itu.

Verlangen [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang