︶꒦꒷♡꒷꒦︶
Kemarin malam, Elora terbangun dari tidurnya.
Saat ia mencelikkan matanya, disadarinya tangan Vian sudah tidak berada dalam genggamannya. Nyatanya, Vian sedang membaca buku yang tersedia di atas rak rumah sakit.
Vian melihat Elora yang mengucek matanya, "Udah ngoroknya?"
Tetapi, bukannya tersinggung dengan ejekan itu, Elora malah memeluk kakaknya. Vian sempat terperanjat sebelum akhirnya membalas pelukan hangat itu.
"Jangan sakit, Kak." Ucap Elora menggigit bibir bawahnya, menahan nangis.
Vian memegang bahu Elora, ingin melihat wajah cemas adiknya. Ia mengacak rambut Elora, "Iyaaa Eloraaa." Vian tersenyum gemas.
Walau matanya masih sayup akibat bangun tidur, Elora tertawa karena perlakuan Vian.
"Pulang gih. Besok kuliah kan?" Sambung Vian.
Bukannya menjawab pertanyaan Vian, Elora malah mengadunya dengan pertanyaan lain, "Kakak sampai kapan di rumah sakit?"
"Belum tau. Mungkin sampai lusa."
Elora menghela napas panjang, "Yah, lama banget adkenya di tinggalin sendirian." Elora cemberut. Seperti biasa cemberut adalah senjata mereka berdua. Elora melakukan itu bukan tanpa alasan, tetapi supaya Vian tersentuh untuk pulang cepat.
"Nanti kalau udah boleh pulang, kakak masakin sarapan terenak deh." Dan ya, ternyata buaian Elora berhasil.
"Bener ya! Pinky swear!" Elora menunjukkan jari kelingkingnya, meminta janji Vian. Tentu saja sebagai kakak yang jujur, berani, dan bersahaja, Vian menautkan kelingkingnya, "Iya."
"Yey! Kalau gitu, gue pulang dulu." Elora membereskan tasnya yang tergeletak di lantai.
"Jangan bawa pacar ke rumah pas enggak ada gue ya!" Perintah Vian saat Elora sudah bersiap untuk pergi.
"Enggak janji, Kak." Elora menjulurkan lidahnya, mengejek. Padahal, punya pacar pun tidak. Dia hanya berlaga sombong saja. Siapa tau Vian semakin terpancing untuk sembuh lebih cepat.
Setelah Elora pikir-pikir lagi, rasanya dia tidak pernah mendengkur saat tidur. Pasti Vian hanya membual.
.0.
Elora harus menyiapkan sarapan sendiri karena Vian masih "ditahan" di rumah sakit. Keuntungan baginya karena ia punya pengalaman bekerja di restoran sehingga untuk memasak sesuatu yang sederhana adalah hal yang mudah. Setidaknya, memasak roti dan telur pasti tidak akan gosong.
Vian juga memberikan izin kepada Elora untuk membawa mobilnya sebagai transportasi menuju ke universitas selama ia masih berada di rumah sakit.
Sesuai saran psikiater, hari ini Elora mendaftarkan diri sebagai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM). Hari ini pula ia diterima setelah melakukan interview dengan anggota BEM sebelumnya. Dia dipercayai sebagai anggota pengganti yang baik.
Hal yang membuatnya semakin senang adalah momen berkenalan dengan mahasiswa-mahasiswi lain yang belum pernah ia temui sebelumnya. Baginya, mengenal orang baru dan menjalin hubungan perteman dengan orang lain adalah sesuatu yang berharga.
Dia tak sabar ingin menceritakan semua ini setelah menyelesaikan aktivitas kuliahnya.
"Wah, saya tau anda pasti bisa. Kemajuan yang baik. Ajaklah teman anda bermain atau meluangkan waktu di luar jam kuliah. Namun, tetap waspada akan segala hal." Ucap sang psikiater sebagai penutup setelah mendengar cerita dari Elora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verlangen [Draco Malfoy]
Fantasy| Hidup seorang gadis yatim piatu yang belakangan selalu merasa kehilangan, kini digantikan dengan peristiwa yang jauh lebih mengerikan dari perkiraannya. Ia tidak menyangka akan berbenturan dengan dunia sihir sampai ia ditemukan oleh Draco untuk ke...