❝ ich bin zuhause ❞

62 3 0
                                    

︶꒦꒷♡꒷꒦︶

Keluar hembusan asap dari hidung naga api itu. Elena membantu Sirius dan Cedric dengan memberikan siraman api kepada Voldemort.

"Glacius." Lelehan es dan uap air tersembur ke arah lain. Voldemort melindungi dirinya dengan sihir es. Siku dan betisnya terparut puing-puing manor.

Sirius tidak akan menyerah selama dia masih bisa menggerakkan badannya, "Confringo!" Magi itu mengarah pada tangan kiri Voldemort.

"Kau berharap sihirmu akan menyakitiku?" Awalnya Voldemort tersenyum karena serangan remeh itu, tetapi saat dia menyadari sebelah pergelangan tangannya meledak hancur menjadi keping, senyumnya sirna.

Voldemort berteriak.

Suaranya melengking serak, diiringi desis seperti ular.

Saat itu juga mereka menyadari bahwa horcruxnya telah hancur. Jadi, tanpa ingin membuang waktu lebih banyak lagi, Cedric turut memberikan sihir kepada Voldemort, "Fire Eructo!" Aliran api mencederai badannya.

Dengan kesempatan itu, Elena dalam bentuk naganya menimpa Voldemort dengan cengkraman cakar kakinya. Mulutnya terbuka, menampakkan gigi-gigi yang tajam.

Sirius menjatuhkan badannya di atas lututnya. Dia sudah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk serangan yang terakhir.

Cedric mendatangi Sirius, "Bertahanlah. Sebentar lagi kita menang." Bukan omongan belaka, tapi Cedric dapat merasakan itu dengan jelas.

Mulut naga itu terbuka lebar. Voldemort dapat melihat percikan api berwarna merah terang di pangkal tenggorokannya. Dia dapat merasakan hawa panas bahkan sebelum ada api yang keluar. Membayangkan panas yang akan dikeluarkan dari barisan gigi itu, Voldemort bertekad untuk melawan.

Voldemort mengerang, menarik paksa tangannya dari apitan terkam naga, "Aqua Eructo!" Terinspirasi dari serangan yang dia dapat dari Cedric, dia hanya perlu membalikkan tipe aliran yang dikeluarkan dari tongkatnya.

Air mengalir ke luar dari ujung wandnya, menyembur mulut naga api itu sehingga menciptakan uap seperti kukusan air. Bertepatan dengan kelemahan animagi itu, Elena terpaksa mengayunkan kepalanya mundur,


"GROA̴̻͕̝͎̰͛̋͌̈́͑̆̌̕̚H̴͕͇̯̗̯̬͎͎̼̍̃̿͠ͅH̶̡͍̩̻̪͇̉H̸͓̞̣̤̗̹͕̅͐͒͆̓̐̌̓͝H̷̢̲̰͈̹̞̗̳̎̓̃͠"


Voldemort menemukan celah untuk berdiri, "Sialan Pansy. Pada akhirnya tidak ada seorangpun yang berguna untukku." Raut wajah Voldemort sangat buruk, sesuai dengan suasana hati dan sifatnya. Dia tidak mau menghiraukan horcruxnya yang sudah lenyap.

Draco datang ber-apparate untuk bergabung dalam peperangan kecil yang ada di dalam rumahnya yang sudah setengahnya hancur.

Voldemort sudah dalam posisi siapnya untuk membawa kematian kepada lawannya, Sirius.

Maka, Draco menyergapnya dengan lekas. Dalam posisi yang sama seperti sebelumnya saat dia menyerang Pansy, kali ini Draco menusuk mata kiri Voldemort dengan wandnya sendiri.

Dalam kertaknya, Voldemort menahan tangan Draco dengan satu-satunya tangan yang masih utuh. Namun, Draco memilih untuk menyerang dengan sigap, "Bombarda!" Draco menciptakan ledakan kecil yang menghancurkan setengah kepala Voldemort. Potongan daging dan tengkoraknya berhambur.

Verlangen [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang