︶꒦꒷♡꒷꒦︶
Pencapaian Elora untuk mendapatkan nilai yang baik di kampusnya tentu memerlukan kerja keras dan upaya siang, malam, pagi, petang, di depan buku dan kumpulan literasi. Cukup menguras energi memang, tapi bagi Elora mendapatkan sesuatu yang setimpal dengan kerja kerasnya membawa kebahagiaan tersendiri.
Dan berbicara tentang kampus, semenjak kejadian waktu itu, pertemuannya dengan Cedric jadi selalu terasa canggung. Bukan untuk Elora saja tetapi untuk Cedric juga. Malah, Cedric kelihatannya lebih was-was tiap berpapasan dengan Elora meski mereka hanya bertemu di kegiatan BEM saja.
Elora dapat merasakan kalau Cedric memberi jarak dengan dirinya, sebisanya menghindari kontak dengan Elora.
Elora tidak memahami kalau Cedric berubah karena gertakkan dari Draco, mengingat dia menggunakan Diametres Junctivitae waktu itu.
"Ini punya siapa ya?" Cedric mengangkat tiga lembar daftar linguistik yang baru, "Nggak ada label nama nya."
"Coba liat, kak." Panggil salah satu anggota divisi bawahnya. Cedric menyerahkan lembaran itu, "Oh, ini tadi punya Elora. Kayaknya dia lupa bawa deh."
"Persetan." Gumam Cedric. Ia mengambil daftar itu kembali ke tangannya, "Oke, makasi ya." Ucapnya ke mahasiswi itu dan segera pergi ke luar auditorium.
Dia harus mengembalikannya kepada Elora hari itu juga karena besok adalah hari pengumpulan dan rapat semua divisi. Sebenarnya, Cedric berusaha meminimalisir percakapan dengan Elora, namun mirisnya hanya Elora yang dapat mengerjakan bidang ini.
"Maaf Draco, gua terpaksa kali ini." Cedric berbicara dengan dirinya sendiri, sembari terus melanjutkan langkahnya.
.0.
Elora bersenandung selama berjalan menyusur jalan ke arah rumahnya.
Di perjalanan Elora tidak sengaja melihat psikiater dulunya. Psikiater Sanary sedang berdiri dengan jas lab putihnya, menatap hampa ke jalan raya. Rambut coklat pendeknya terikat ke belakang.
"Halo." Sapa Elora, setidaknya memberikan salam kepada orang yang sudah lumayan lama tidak ia temui.
Matanya mencari sumber suara. Kalau Elora tidak salah liat, dia dapat melihat keterkejutan dan kekecewaan di matanya, "Elora? Apa kabar anda?" Suaranya masuk ke telinga Elora dengan jelas.
"Ah, baik. Aku sangat baik sekarang." Elora melipat kedua tangannya di belakang. Dia tidak pernah bertemu dengan psikiater Sanary selain di luar jadwal konsultasi.
"Syukurlah." Sanary menaruh rambutnya sendiri ke belakang telinga, "Saya punya terapi baru. Saya bisa membantumu." Dia membahas tentang inovasi baru di pekerjaannya.
"Tidak perlu. Aku sudah membaik." Tolak Elora dengan sopan.
"Saya terkejut karena anda kelihatannya tidak lagi membutuhkan pengobatan."
Elora tidak yakin kalimat itu adalah kalimat positif atau negatif. Elora hanya terkekeh hambar. Lagipula, Sanary sendiri hanya terdengar basa-basi.
Di sebelah saku jas tempat dia menyimpan pulpen, Elora dapat melihat tanda nama sang psikiater, 'Sanary Pposkinn'.
"Sanary..." Lirih Elora selagi membaca nama itu. Matanya terpaku melihat nama yang terdengar unik dan aneh di saat yang bersamaan.
"Iya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Verlangen [Draco Malfoy]
Fantasia| Hidup seorang gadis yatim piatu yang belakangan selalu merasa kehilangan, kini digantikan dengan peristiwa yang jauh lebih mengerikan dari perkiraannya. Ia tidak menyangka akan berbenturan dengan dunia sihir sampai ia ditemukan oleh Draco untuk ke...