❝ umarmungen ❞

297 33 5
                                    

︶꒦꒷♡꒷꒦︶

Feltbeaux. Kota ini termasuk kota kecil, orang-orangnya pun tidak seramai kota berkembang. Tetapi, kota ini termasuk kota yang cukup maju dan modern. Feltbeaux bukan pedesaan.

Hari Minggu,

Sepulang gereja biasanya Elora dijemput dengan mobil oleh Vian. Tapi, tidak dengan kali ini. Vian tiba-tiba memberikan pesan kepada Elora kalau dia demam tinggi dan beristirahat di rumah. Ia juga meminta maaf karena tidak bisa menjemputnya.

Tanpa pikir panjang, Elora pergi ke apotek untuk membeli obat-obatan penurun panas dan membawanya pulang.

Disiapkannya semangkuk bubur, segelas air, dan obat di atas meja kecil di kamar Vian, "Nih Kak, makan dulu, biar minum obat nanti."

"Enggak mau! Lagi pahit leher kakak." Vian memegangi lehernya sembari meringkuk ke dalam selimut.

Elora menggeram. Ia lalu menarik bantal yang di bawah kepala Vian, membuat kepalanya terbanting ke permukaan Kasur, lalu memukulnya, "Bangun enggak!" Perintah Elora, gusar.

"Suap dong." Rengek Vian.

"Enggak usah sok manja, jelek. Bangun cepetan!" Elora memukulnya sekali lagi.

"Ih! Ya udah iya!" Ambek Vian. Dia cemberut tetapi tetap bangun untuk menyenderkan punggungnya di kepala Kasur. Elora malah jijik melihatnya lalu melempar bantal yang ia pegang ke wajah Vian, "Nanti gue balik, buburnya harus udah habis!" Elora keluar dari kamarnya.

"Bangke." Maki Vian pelan sebelum memakan bubur yang ada di atas meja. Tiba-tiba Elora membuka kembali pintu kamarnya, "Heh, gue denger ya!"

"Ampun!" Vian sudah bersiaga kalau-kalau dia diserang lagi dengan bantal.


.0.


Elora mengulet badannya yang pegal setelah menyelesaikan tugas presentasinya. Dan seperti biasa untuk mengisi kesepiannya ia mencari-cari tips untuk pembuatan teh yang spesial. Tidak ada salahnya untuk memiliki kemampuan lebih sebelum memulai part-timenya di tea shop.

Bel rumah berbunyi.

"Kak, bukain pintu!" Elora berteriak dari kamarnya yang pasti terdengar Vian dari kamar sebelah.

"Ngapain?!" Sahut Vian dari kamar yang satunya.

"Itu ada bel!" Timpal Elora, sekali lagi berteriak dari kamarnya.

"Enggak ada suara bel, dodol!" Setelah Vian berteriak ia jadi terbatuk-batuk. Sebelumnya, suaranyapun sudah parau.

Padahal suara bel terdengar begitu jelas. Mau tak mau Elora bangkit dari bangkunya untuk membuka pintu. Lagi pula, Vian sedang sakit.

Saat pintu dibuka, Elora terkejut karena orang yang berdiri di hadapannya ini bukanlah orang asing, "Draco?"

"Hai. Boleh aku masuk?"

"Sebentar, bagaimana bisa—" Draco melangkah masuk ke dalam rumahnya sebelum Elora selesai berbicara. Elora hanya bisa menganga, tak bisa berkata apa-apa lagi.

Draco melihat-lihat barang yang tersusun di ruang tamu, "Kau sedang apa?" Tanya Draco santai.

"Harusnya aku yang bertanya."

"Bertemu denganmu. Apa lagi?" Elora tidak mengerti sama sekali maksud dari perbuatan Draco.

"Kak!" Panggil Elora. Draco langsung melangkah maju dan menutup mulut Elora dengan tangannya, "Shh. Jangan berisik, kasihan dia."

Verlangen [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang