︶꒦꒷♡꒷꒦︶
"AAAAAA!" Teriakan Elora menggema sampai ke ruangan lain. Bukannya tanpa alasan, Elora terkejut karena Vian tersenyum menyeringai saat ia baru saja membuka pintu kamarnya. Di mata Elora, mukanya seperti badut pasar malam.
Reflek, ia mendorong Vian yang sedang memegang segelas penuh jus nanas sampai tumpah kemana-mana, "Astaga naga, Dek! Punya masalah hidup apa sih?" Vian berjinjit, menjauh dari denangan jus nanas yang tumpah.
"Kok lo udah di sini sih?" Elora mengelus dadanya sendiri, menenangkan diri dari peristiwa mengejutkan tadi.
"Lah? Kok lo ga seneng sih kakaknya pulang? Kalau gitu gue enggak usah pulang aja selamanya." Ambek Vian seraya menaruh gelas ke atas meja, kemudian mengambil lap untuk membersihkan lantai.
Sambil mengelap, Vian mengoceh, "Gitulah. Udah enggak sayang sama kakaknya sendiri. Bye." Ocehannya itu masih belum selesai saat ia berjalan ke wastafel. Tetapi, Elora menarik bajunya. Beruntung ia bisa menjaga keseimbangan dan tidak terjatuh.
"Eits, jangan berspekulasi gitu dong."
Vian memutar bola matanya, "Halah. Itu sarapan, udah gue buatin sesuai janji pinky swear di rumah sakit. Buruan makan." Tunjuknya ke arah meja, "Kalau udah dingin, gue enggak mau panasin lagi ya!"
"Nah, itu dia yang gue tunggu-tunggu. Untung lo enggak pikun." Elora melepaskan tarikan bajunya, "Lop yu, ganteng."
"Gue pukul juga lo lama-lama." Ucap Vian, mendekatkan kain lap bekas jus nanasnya ke wajah Elora.
"Vian, ih!" Elora menjauh dan menepis tangan Vian.
"Gue mandi dulu." Katanya, berbalik, "By the way, makasi ya buat makanan tadi malam. So sweet deh." Ia mengambil handuk dan melingkarkannya di leher, langsung menuju kamar mandi.
Elora terdiam. Ia tidak pernah merasa menyiapkan makanan untuk Vian. Dia bahkan tidak menyangka Vian akan datang malam tadi. Aneh.
.0.
Angin menerpa tipis-tipis, membuat keadaan menjadi semakin sejuk. Elora duduk di bangku taman, membawa buku 'Far Away' untuk dibaca. Cuacanya juga cocok untuk membaca tenang, tidak terlalu terik.
Sebelum membuka buku, Elora membolak-balikkan bukunya hanya sekedar untuk meneliti lebih jelas. Sampul paling belakang hanya tertutupi dengan warna hitam polos. Sampul depannya juga sama, hanya saja di bagian depan dilengkapi dengan judul buku yang tercetak dengan warna emas mengkilat.
Elora mulai membuka bukunya. Membaca kalimat pertama pada halaman pertama secara perlahan dan teliti.
Setiap manusia pasti memiliki emosi. Entah itu senang, sedih, ataupun haru. Emosi sendiri adalah reaksi terhadap sesuatu yang dihadapi. Perasaan yang manusia rasakan saat mengeluarkan emosi dapat menciptakan sebuah persepsi, pemikiran, atau pandangan.
Elora membaca paragraf berikutnya.
Proses manusia menangkap sebuah pemikiran disebut kognitif. Proses kognitif menciptakan sebuah kognisi.
---- Kognisi adalah konsep manusia melihat apa yang mereka lihat sebagai kenyataan. Saat manusia secara kolektif memahami sesuatu, konsep itu bisa menjadi "nyata".
KAMU SEDANG MEMBACA
Verlangen [Draco Malfoy]
Fantasy| Hidup seorang gadis yatim piatu yang belakangan selalu merasa kehilangan, kini digantikan dengan peristiwa yang jauh lebih mengerikan dari perkiraannya. Ia tidak menyangka akan berbenturan dengan dunia sihir sampai ia ditemukan oleh Draco untuk ke...