︶꒦꒷♡꒷꒦︶
Elora dapat melihat Vian sedang berjalan menghampirinya dari kejauhan. Dengan perasaan gelisah, Elora menepuk dahinya sendiri. Ia takut dikira gila karena berbicara sendiri. Elora mendorong pelan Draco yang tadinya, sedang berada dalam posisi memeluk dirinya.
Hentakan langkah kaki Vian dapat terdengar dengan jelas saat alas kakinya menyentuh papan gazebo. Vian menunjuk Draco tepat di depan wajahnya, "Penjahat ya lo?! Gue kayak familiar liat muka lo. Jangan-jangan lo pernah muncul di koran bagian kriminal?!"
Elora sontak mengerutkan dahinya, bingung sekaligus terkejut. Ia terkejut Vian bisa melihat Draco Malfoy secara fisik, berdiri tegak di depannya.
Di antara kebingungannya itu, Elora menelan ludahnya.
Walaupun canggung, Elora berusaha untuk menjelaskan sesuatu, "Dia teman gue, --"
"Kekasihnya Elora." Draco memperkenalkan diri dan dengan bangga menjulurkan tangannya untuk bersalaman.
Vian mendekati Elora, lalu berbisik di telinganya, "Ini dibalas salam atau dibalas tinju?"
Elora jadi bingung harus menjawab apa. Dia bingung harus bereaksi seperti apa.
Lama menunggu sambutan tangan Vian, Draco tidak jadi berjabat tangan. Ia menurunkan tangannya sambil memperkenalkan diri sekali lagi, "Aku Draco. Draco Malfoy."
Vian yang tadinya was-was, sekarang berubah menjadi marah. Matanya membulat seakan ingin keluar dan jatuh dari tempatnya, "Oh, jadi lo orangnya. Memang biadab! Udah bikin anak orang nangis, enggak bertanggung jawab lagi." Vian menyumpahi Draco. Setelah itu, dia berpaling menghadap Elora, "Enggak nyata apanya, dek? Cintanya? Cuih." Pada intinya, Vian memang sudah menahan amarah dan kekesalannya dengan orang bernama Draco Malfoy ini setelah menyaksikan adiknya sendiri menangis sampai berhari-hari.
Sekarang giliran Vian yang terkejut. Elora memukul bahu Vian, menyuruhnya untuk berhenti merutuki Draco.
.0.
Singkat cerita, sekarang Draco berada di rumah Elora. Aksi pertikaiannya dengan Vian harus selesai secara cepat karena Elora yang menengahi. Lagipula, yang terusik hanya Vian.
Mau tidak mau, Elora menjelaskan bahwa sesuatu yang memang tak beres sebelumnya akan dibicarakan empat mata saja. Kalau Vian ikut campur dalam komplikasi ini, bisa-bisa dunia ini akan hancur.
Dari sisi Vian, dia hanya bisa menjelaskan kalau alasannya mencari Elora sampai ke taman adalah untuk mempersiapkan perayaan hari natal. Ia ingin mengajak Elora, tetapi panggilan di handphonenya tak kunjung tersambung.
Dengan perasaan yang sangat terpaksa, Vian mengajak Draco untuk bergabung dalam persiapan ini.
Rumah-rumah yang ada di dekat rumah keluarga Mraw juga terlihat sudah menyiapkan perayaan hari natal. Dekorasi cantik dan berkelap-kelip menghiasi setiap pekarangan rumah dan jalan. Di bawah pohon cemara juga sudah tersedia banyak hadiah yang unik.
Tidak berbeda dengan di rumah Mraw. Elora menyiapkan makanan dan minuman untuk mereka bertiga. Vian dan Draco menghiasi pohon natal bersama dengan lampu warna-warni dan gantungan kecil.
"Makasih, adek sayang." Vian sengaja memamerkan kedekatannya dengan Elora di depan Draco. Kelihatannya, Draco hanya tersenyum memperhatikan itu.
Draco menepuk Pundak Elora, "Bisa kau ambilkan cookies itu untukku, darling?" Ternyata Draco tak mau kalah. Tentu saja Elora akan mengambilkan kue kering yang terdapat di atas meja. Senyum Draco berubah menjadi seringai kepada Vian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verlangen [Draco Malfoy]
Fantasy| Hidup seorang gadis yatim piatu yang belakangan selalu merasa kehilangan, kini digantikan dengan peristiwa yang jauh lebih mengerikan dari perkiraannya. Ia tidak menyangka akan berbenturan dengan dunia sihir sampai ia ditemukan oleh Draco untuk ke...