︶꒦꒷♡꒷꒦︶
Elora sampai di halaman depan kampusnya di waktu yang tepat. Dia sedikit lega karena jam belum menunjukkan pukul delapan lewat yang artinya dia belum terlambat.
Turun dari mobil yang terparkir, dia melihat kedua temannya, Luna dan Terence sudah menunggu di lobby kampus. Elora sekali lagi terharu dengan perhatian yang teman-temannya sampai rasanya ingin menangis.
Sebelum dia menghampiri kedua temannya, Vian membuka kaca jendela mobil dan memanggilnya, "Elora."
Elora membalikkan badannya.
"Semangat ngampusnya ya." Vian menunjukkan kepalan tangannya, menyemangati Elora yang pasti masih syok dengan peristiwa tadi.
Tak tertahankan lagi, air mata Elora keluar begitu saja. Orang-orang yang ada di sekitarnya selalu saja baik kepada dirinya. Elora memberikan senyum tulus, "Makasih, Kak." Jawabnya lirih, kemudian melangkah masuk menuju gedung kampus.
Elora memucat. Jadi, Elora menceritakan kejadian sebelumnya kepada mereka, diiringi dengan kemarahan Terence dan kekhawatiran Luna. Awalnya Terence mengira Elora melewatkan sarapannya hingga sakit. Mendengar cerita yang kedengarannya sangat tidak masuk akal, Terence tambah marah.
Sadar Elora sudah didampingi teman-temannya, Vian menginjak gas, pergi ke rumah sakit untuk langsung menjalankan pekerjaannya.
Hari baru, masalah baru.
.0.
Sudah jam pulang.
Terence sempat menawarkan Elora untuk pulang bersamanya dan Luna, tetapi Elora menolak. Elora tidak mau menyusahkan temannya yang sudah terlewat baik kepadanya. Lagipula, rumah Elora tidak searah dengan Terence.
Pada akhirnya, Terence hanya mengantarkan Luna. Hampir setiap kali Luna ikut di mobil Terence karena arah rumah mereka sama. Jadi, hal itu juga tidak pernah membebani Terence.
Setelah perjalanan aman sampai ke rumah, Elora mengambil kunci rumah yang tersimpan di dalam tasnya.
Baru saja ia akan memegang gagang pintu rumah, ternyata pintunya sudah terbuka, tidak terkunci. Elora merasa was-was, masih trauma dengan peristiwa tadi pagi.
Siapa sangka, dari dalam rumahnya datang Draco mendekap Elora erat. Memeluk dan mengusap punggungnya pelan, "Kau tak apa?" Draco sekedar ingin memastikan.
Elora menggelengkan kepalanya, entah mengapa ia ingin menangis lagi rasanya, "Kau kemana saja? Aku sangat merindukanmu." Kata Elora, masih di dalam dekapannya.
"Ada sesuatu yang harus aku selesaikan..."
Draco mengingat kembali apa yang terjadi sebelumnya.
Cedric menggelengkan kepalanya sembari tertawa pahit, "Gua tau bakal begini." Ia menghadap ke arah orang itu. Draco Malfoy.
"Kau melewati batas." Draco menatapnya dengan tatapan serius, "Aku tidak mau berlama-lama di sini. Kau tau harus ke mana." Kemudian, mereka berdua ber-apparate, meninggalkan tempat itu.
Mereka ternyata berpindah tempat ke Wiltshire. Area tempat tinggal para witch, wizard, mage, sorcerer, dan orang-orang yang memiliki kemampuan supranatural lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Verlangen [Draco Malfoy]
Fantasi| Hidup seorang gadis yatim piatu yang belakangan selalu merasa kehilangan, kini digantikan dengan peristiwa yang jauh lebih mengerikan dari perkiraannya. Ia tidak menyangka akan berbenturan dengan dunia sihir sampai ia ditemukan oleh Draco untuk ke...