❝ wahrheit unerzählt ❞

52 4 0
                                    

︶꒦꒷♡꒷꒦︶

Pansy dan Draco saling menodongkan wandnya.

"Percayalah Draco, jika kau menyerang, kau akan rugi." Bukan penyihir namanya kalau mereka tidak menciptakan ruang agar tempat ini kedap suara dan tidak dapat didengar oleh muggle lain.

"Oh, sedikit yang kau tau, Pansy." Draco memegang wandnya erat.

Pansy memberikan serangan tiba-tiba, "Obliviate."



"Itu lagi? Membosankan." Pansy tidak menyangka keahlian manipulasinya tidak berhasil pada Draco, padahal dia adalah Legilimens handal.

Draco sudah dua kali membuat Pansy takjub hari itu. Dia bisa berhasil lepas dari Imperius Curse dan Legilimency Pansy.

"Aku menguasai Occlumency hanya dalam beberapa menit." Ini bukan saatnya untuk memamerkan kemampuan tetapi dia ingin memperlihatkan batas mana yang tidak bisa dilewati Pansy, "Mother memang yang terbaik."

Pansy paham. Malam itu di forbidden forest mereka diam-diam mempelajari cara menjatuhkan ilusi manipulasi penyihir lain terutama Dard.

Occlumency ada sihir kuno yang sudah ada sejak abad pertengahan yang dipakai untuk mencegah Legilimens mengakses pikiran dan perasaan seseorang, atau mempengaruhinya. Seorang penyihir yang dapat mempraktikkan seni Occlumency disebut sebagai Occlumens.


"Dek?" Suara Vian memecahkan fokus Draco dan Pansy.


Dengan mata yang tetap tertutup, Elora bangun dari sandarannya pada Vian. Badannya mendadak bangun dari posisi tidur. Dia berdiri tanpa menggunakan tumpuan tangannya sama sekali.

Pansy menatap Elora dengan heran karena seharusnya seorang muggle seperti Elora tidak akan bisa lepas dari sihir kuat miliknya. Entah kekuatan apa yang ada di dalam mereka, tetapi keduanya – Draco dan Elora – berhasil melepaskan diri dari kekangan Pansy.

Detik demi detik, semua yang ada di dalam ruangan itu diam, menunggu sambil berpikir untuk yang selanjutnya terjadi karena semuanya terjadi secara tiba-tiba.

"Pansy, Pansy." Elora menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia berbicara seolah sedang tidur berjalan. Walau matanya tertutup, dahinya berkerut antara menahan marah dan tangis.

Todongan Pansy yang tadi mengarah ke Draco, kini dia arahkan kepada Elora.

Saat itu juga, Elora menadahkan tangannya ke atas, membuat mereka semua terhisap ke suatu dimensi ruangan putih terang yang kesannya luas, hampa, dan sedikit dingin.

Vian melihat ke sekelilingnya, sama seperti Draco dan Pansy yang tampaknya juga tidak mengerti dengan apa yang tengah terjadi.

Elora menurunkan tangannya, mengambil langkah, "Pansy Persephone Parkinson." Ucapnya, sambil terus berjalan untuk menghampiri Pansy.

Pansy tersentak mendengar Elora menyebutkan nama lengkapnya. Dia tetap memegang wandnya dengan kuat.

Elora berjalan melewati Draco, meninggalkan Vian dan Draco di belakangnya.

"Putri dari Percival dan Amaryllis. Adik Phineas sekaligus kakak bagi Petros dan Poppy." Elora sampai. Dia sekarang berada tepat di depan Pansy, "Benar?"

Pansy berdecak, "Dari mana kau tau semua itu?" Dia merasa dirinya sedang dikuliti oleh seseorang yang lebih lemah dari dirinya. Bahkan, Draco tidak pernah tau tentang hal dasar itu.

Verlangen [Draco Malfoy]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang