12. U.S.J. Attack

327 44 2
                                    

"Bagaimana? Sesuai harapanmu?"

Saiki Kazuhiko melihat Izuku yang memainkan alat barunya dengan senyum puas. Anak itu tampak sangat lihai memutar itu.

"Ini sempurna!" seru Izuku bersemangat.

Senjatanya berbentuk tongkat berukuran sedang. Terdapat dua segmen yang bisa dipisahkan sehingga Izuku lebih mudah untuk membawanya kemana-mana.

Namun, bukan itu yang paling spesial.

Senjatanya memiliki sihir.

"Jadi sisi yang satu bisa mengeluarkan ledakan energi," terang Saiki.

"Dan sisi satunya bisa membuat padatan energi menjadi perisai," sahut Izuku. Dia menyeringai lebar.

Offense dan Defense.

Seperti yang aku harapkan!

"Berapa aku harus membayarmu, Saiki-san?" tanya Izuku. Sudah memisahkan tongkatnya menjadi dua dan menggantungkannya di sabuk custom yang juga dia buat.

"Oh, kau membantu membuat senjata itu juga Izuku-kun." Saiki tersenyum. Dia menggosok dagunya yang berjanggut.

"Bagaimana... kalau kau hanya membayar untuk materialnya saja?"

"Eh?? Itu tidak adil, Saiki-san!"

Sang pemilik bengkel hanya tertawa.

"Ini pertama kalinya aku punya pelanggan sepertimu, Izuku-kun!" Pria itu menyeringai.

"Datang dengan desainmu sendiri. Kemudian tidak hanya duduk diam dan menunggu aku membuatkannya. Hell, kau bahkan sudah punya lisensi penggunaan darurat untuk ini, kan?"

Wajah Izuku bersemu. Memang benar dia merencanakan semuanya sampai detail terkecil. Namun, bukankah itu wajar untuk calon Children of Earth sepertinya?

"Tetap saja, Saiki-san. Aku tidak bisa hanya membayar harga material. Kau juga susah payah membuat ini!"

Saiki hanya menggeleng-geleng. Orang lain pasti akan langsung mengatakan iya dan menerima tawarannya itu tanpa berpikir dua kali. Izuku memang berbeda.

"Baiklah, sebagai imbalan lain..." Sang Artificer tampak merenung. Sebelum menjentikkan jari.

"Aku mau tahu namanya."

"Eh? Nama?" Izuku memiringkan kepalanya.

"Tentu! Jangan bilang si cantik ini tidak punya nama."

Izuku melirik ke senjata barunya. Tongkat berwarna hijau yang akan jadi sangat berguna dalam medan pertarungan.

"Bagaimana kalau... Jadestaff?"

"Oh?" Saiki terkekeh. Dia mengacak surai hijau Izuku sembari tersenyum geli.

"Sesuai dengan estetika-mu, kalau begitu!"

Mereka berdua tertawa. Sayang sekali, momen itu disela oleh suara telepon kabel Saiki yang berdering dari ruang sebelah.

"Ah aku harus mengangkat itu. Tunggu sebentar."

Saiki melangkah keluar dari bengkelnya. Meninggalkan Izuku sendirian di bengkel. Karena bosan, dia memutuskan berjalan berkeliling. Melihat-lihat benda-benda magis yang tersusun di laci-laci berantakan Saiki.

Sampai satu benda menarik perhatiannya.

"Eh, koin?"

Izuku mengambil benda itu. Terlihat seperti koin biasa. Berwarna kuning. Mungkin dari tembaga. Tampak sebuah ukiran burung anai-anai di atasnya. Dan tulisan kecil.

Normal ; InterweaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang