15. Of Talk and Preparation

319 45 5
                                    

Izuku dan Dorothea berjalan berdampingan di lorong yang sudah kosong. Sementara sosok tembus pandang Eins setia menempel di belakang anak yang disebut terakhir itu.

Mereka sibuk bercakap dan saling melempar candaan sampai—

Bunyi ledakan menggema.

Dan Dorothea teringat apa yang terjadi di Prodi Support saat tes masuk pertama.

Gadis itu menengok pelan ke arah sahabatnya. "Uh, Izuku-kun, apa kau yakin kau tetap mau—?"

Senyuman lebar di wajah anak hijau itu cukup untuk jawaban.

Dorothea langsung pundung dalam hati.

Selamat tinggal Izuku Normal yang ramah dan tenang.

Halo Izuku Maniak Teknologi yang otaknya agak miring.

Anak hijau itu langsung melesat ke arah bunyi ledakan. Bersemangat ingin tahu darimana sumbernya. Dorothea merutuk. Mau tidak mau berlari mengejar.

Dia berharap Izuku yang dulu tidak mendengar 'filosofi' seorang Saiki Kazuhiko. Apalagi mengikutinya.

'Jika itu meledak, artinya kau sudah dekat dengan penemuan baru!'

- Saiki Kazuhiko, 20XX

Tidak, Saiki-san, jika itu meledak, artinya kau sudah dekat dengan kematian, you bloody wanker

Tetapi Dorothea tidak bisa memutar waktu dan memastikan dua otak kelewat pintar itu bertemu.

Dia hanya bisa jauh-jauh jika Saiki dan Izuku sudah ada dalam satu lab. Dan melempar desain senjata yang dia ingin sebelum terjebak dalam ledakan atau listrik statis.

Berbicara soal ledakan, akhirnya mereka sampai di pintu Development Studio.

Ralat—yang tadinya pintu Development Studio.

Sekarang benda itu hanya seonggok besi gosong yang bersandar menyedihkan di dinding lorong.

Dorothea berjengit melihat asap kehitaman yang keluar dari ruangan. Sementara mata Izuku malah berbinar-binar.

"HATSUME MEI! Apa yang kau lakukan?! Dan kenapa kau belum pulang?!"

Seruan itu membuat kedua anak saling berpandangan. Dorothea dan Izuku melongokkan kepala ke dalam lab tanpa pintu itu. Sementara Eins menembuskan miliknya dari tembok.

Izuku langsung terkesiap melihat siapa yang berdiri di sana.

"Ah! Itu Power Loader!"

Seseorang dengan—helm? Entahlah, ayo sebut itu helm—helm berwarna kuning yang menyerupai ekskavator. Tubuhnya kecil dan agak bungkuk. Mungkin karena tangannya yang besar dan tidak proporsional.

Pria itu—yang tadi disebut Power Loader oleh Izuku—tampak memarahi seorang gadis berambut merah jambu. Ada kacamata steampunk di kepalanya. Tubuh dan pakaiannya coreng-moreng oleh arang hitam.

"Uh, permisi?" tanya Izuku pelan. Dia melangkah masuk. Dorothea mengikuti di belakang. Power Loader dan Hatsume Mei ini langsung menoleh. Izuku terhenyak.

"Ah—uh—apa ini saat yang buruk?"

Power Loader mendesah kecil. Mungkin akan facepalm jika saja dia tidak memakai helm itu.

"Setiap saat adalah saat yang buruk kalau Mei di sini terlibat, nak." Yang disebut hanya meringis. Guru itu mendesah lagi. Menengok ke Izuku.

"Apa ada yang bisa kubantu."

Laki-laki berambut hijau itu gelagapan sejenak. Sebelum kembali menemukan komposurnya dan mengambil cetak biru dari dalam tas. Dorothea mengenali senjata yang tergambar di sana.

Normal ; InterweaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang