"Izuku?"
Suara lembut ibunya membuat anak berambut hijau yang dipanggil mengangkat kepala. Buku tentang Pahlawan di tangannya terlupakan sejenak.
"Kenapa belum tidur?"
Izuku menggigit bibir. Tangan tergenggam di atas selimutnya. Kasur dan bantalnya empuk. Namun kantuk tetap tidak kunjung datang. Matanya memandang kemanapun yang bukan sang ibu.
"Okaa-san," suara Izuku tidak lebih dari sebuah bisikan. "Kapan Otou-san pulang?"
Ya, sudah satu minggu sejak Hisashi harus pergi bertugas di luar negeri. Dan Izuku sudah mulai tidak sabar menunggu ayahnya kembali.
"Oh, Izuku," gumam Inko. Duduk di kasur dan mengelus kaki putranya yang ada di dalam selimut. "Kau merindukannya, ya?"
Izuku mengangguk kuat-kuat. "Otou-san belum menyelesaikan ceritanya!"
"Oh? Cerita tentang Pahlawan?"
"Bukan!" Sanggah Izuku sembari menggeleng.
"Tentang monster! Dan—dan kesatria! Itu keren sekali, Okaa-san!"
"Begitu?" Inko tersenyum geli. "Kupikir yang menurutmu keren itu All Might."
Izuku diam sebentar sembari merengut. Menarik selimutnya menutupi mulut. Dia tidak bisa memutuskan mana yang lebih baik dari dua hal kesukaannya di dunia.
"All Might itu keren, tapi cerita Otou-san keren juga!"
Kali ini, Inko tertawa. Kemudian dia mengangkat ponsel yang sedari tadi dia sembunyikan.
"Baguslah. Karena Otou-sanmu juga ingin bercerita!"
"Otou-san!"
Izuku sontak meraih ponsel dari tangan Inko dengan bersemangat. Dia bisa mendengar suara tawa yang familiar dari seberang sana.
"Halo Izuku, kau masih bangun?"
"Otou-san!" Sorak anak itu bersemangat. "Bagaimana kabar Otou-san? Kapan Otou-san kembali?"
"Kesabaran adalah kebajikan, little bush," ucap Hisashi. "Maaf, ya. Di sini masih banyak yang ayahmu harus urus."
"Tapi..." bibir Izuku bergetar. "Aku rindu dongeng Otou-san..."
"Eh? Hanya dongengnya? Kamu tidak rindu Otou-san?"
Mata Izuku melebar. Dia dengan cepat menggeleng. Walaupun dia tahu sang ayah tidak bisa melihatnya.
"Bukan begitu! Aku juga sangat rindu Otou-san! Tapi—tapi dongeng—"
Ayahnya tertawa kecil dari seberang telepon. "Iya, iya, little bush. Aku hanya bercanda!"
Anak itu merengut. "Tidak lucu."
"Hahaha, maaf, maaf," kekeh Hisashi. "Jadi, terakhir kali kita sampai mana?"
Senyuman lebar kembali ke wajah Izuku.
"Sampai Ratu Jahat!" serunya bersemangat. Bangga karena mengingat hal itu. "Otou-san bilang para monster punya Ratu Jahat!"
"Ohoho, baiklah." Suara di ujung telepon terdengar sedikit geli. "Nah, jadi... para kesatria..."
Inko terkikik kecil melihat mata hijau Izuku yang mengerling senang. Dia mengelus rambut semak-semak putranya dan tersenyum lembut.
"Ibu tinggal ya? Tetapi jangan sampai kau tidur terlalu malam. Besok sekolah!"
Izuku menangguk-angguk. Namun, perhatiannya sudah penuh kepada kisah yang mulai diceritakan sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; Interweave
FanfictionAlternate Universe dari 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Bisa dibaca sebagai stand alone. *** Hidup Midoriya Izuku berubah pada umur 4 tahun, saat dia tahu dia tidak mempunyai quirk. Dan mimpi menjadi Pahlawan pupus dari matanya. Akan tetapi, hidupnya...