Lomba ketiga adalah pertarungan satu lawan satu.
Pengumuman pasangan untuk bersaing ditampilkan di layar besar. Tepat setelah beberapa anak memutuskan untuk mengundurkan diri. Mereka tidak ingat apa yang mereka lakukan di babak sebelumnya. Jadi, mereka merasa tidak pantas untuk lanjut.
Semua anak itu dari tim Shinsou. Izuku tidak menyalahkan mereka. Tapi dia tidak menyalahkan temannya itu juga. Penggunaan quirk jelas diperbolehkan. Itu tidak curang.
Akhirnya pasangan lawan muncul.
Izuku hampir memekik ketika namanya bersanding dengan Shinsou.
Dia sudah tidak sabar.
Namun sebelum itu, ada jeda makan siang dan perlombaan hiburan. Sekaligus jeda untuk para peserta yang lolos mempersiapkan diri.
Izuku tentu tidak membuang kesempatan. Selagi orang-orang berduyun-duyun untuk mengisi perut, dia dan Hatsume langsung berlari ke Development Studio. Alat support mereka harus dicek ulang. Dua anak itu juga harus mengambil alat-alat tambahan mereka.
"Kau yakin tidak butuh yang lain?" tanya si pinknette selagi mengecek jaring untuk capture gun-nya. Manik yang berbentuk layaknya lensa sorot melirik ke Izuku.
"Sayang loh, kau juga membantu membuat semua ini."
Izuku hanya menggeleng. Tangan sibuk mengencangkan baut yang kendur di tongkat kesayangannya.
"Tidak perlu," jawab si bocah hijau. "Jadestaff sudah cukup. Dan juga—eh? Dimana aku menaruh benda itu?"
Kepala Izuku celingukan. Mencari sesuatu diantara tumpukan besi, perkakas, dan cetak biru yang menghiasi meja Development Studio.
Hatsume tergelak. Sebelum menemukan terlebih dahulu apa yang kawannya itu cari. Menariknya dari bawah kain berbekas oli. Sebelum melemparkannya ke Izuku. Anak itu refleks menangkapnya.
Benda itu sebuah gelang.
Warnanya perak mengkilat. Tampak dibangun dari potongan besi dan mesin yang dirangkai menjadi satu. Jika dilihat lebih seksama, itu jelas sebuah komponen mekanik.
"Kau tahu memakai gelang itu sama saja menyiksa diri sendiri, kan?" ucap Hatsume sembari meringis.
"Yeah." Izuku memasukkan gelang itu ke saku.
"Tapi ini tindakan pencegahan untuk quirk Shinsou."
Hatsume mengangkat alis. Izuku hanya tersenyum simpul. Tidak memberikan penjelasan lanjutan.
"Lagipula, aku bisa menahan sakitnya. Ini hal kecil."
"Pft, terserah katamu, Greenie," kata Hatsume. Memandang Izuku yang memasukkan gelang tadi ke sakunya.
"Tidak seperti dua alat membosankan itu, aku akan memamerkan baby-baby yang lain! Ini akan sangat keren!"
Izuku pura-pura terkesiap tersinggung. Tangannya memegang dada.
"Mei! Berani-beraninya kau mengejek Jadestaff! Belahan hatiku!"
"Pfft! Hahaha! Sejak kapan kau mengencani tongkatmu?! Dasar aneh!"
"You're the one to talk, Pinky. Kau memanggil ciptaanmu 'baby'!"
Keduanya terkekeh bersama. Sebelum Izuku keluar dan meninggalkan gadis berambut merah jambu itu mempersiapkan mesin yang dia butuhkan.
Bocah hijau berjalan sembari bersenandung kecil. Dua bagian Jadestaff menggantung di sabuknya. Izuku tidak bisa menahan senyum melirik senjatanya itu.
Izuku yang dulu mungkin tidak akan percaya dimana dia sekarang. Berada di ronde terakhir Festival Olahraga U.A. dan bersanding dengan orang lain yang sangat berbakat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; Interweave
FanfictionAlternate Universe dari 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Bisa dibaca sebagai stand alone. *** Hidup Midoriya Izuku berubah pada umur 4 tahun, saat dia tahu dia tidak mempunyai quirk. Dan mimpi menjadi Pahlawan pupus dari matanya. Akan tetapi, hidupnya...