7. Opening New Chapter

321 51 16
                                    

Tiga tahun kemudian

"Serius, apa yang salah dengan otak anak-anak Aldera?!"

Begitulah yang dijeritkan oleh Dorothea ketika mereka sudah cukup jauh dari SMP mereka. Hari ini, dua anak itu pulang sore karena seseorang menyembunyikan buku tugas Izuku. Jadi, mereka harus berkeliling sekolah untuk mencarinya.

Keluhan Dorothea hanya disambut oleh tawa lemah oleh Izuku. Akan tetapi, anak itu benar. Izuku juga merasa heran soal itu. Kenapa murid lain tidak bisa menerima perbedaan kecil?

"Today just one of those day, huh?" gumam Dorothea. Melirik ke Izuku. Anak itu mengangkat bahu.

"Tidak masalah. Aku sudah terbiasa."

"Bukan berarti kau harus terbiasa!"

"Dorothea-san, tenanglah! Aku tidak apa-apa, kok!"

"Parahnya, mereka yang melakukan ini pasti bisa kau tendang dengan mudah!"

"Aku tidak akan melakukan itu," dengus Izuku. "Walaupun aku membela diri, tetap aku yang akan disalahkan."

"Apa kau sudah bicara dengan orang tuamu?"

"Kau tahu aku tidak mau merepotkan mereka."

Gadis bermata emas disampingnya menghela napas berat. "Kau itu terlalu baik, Midoriya-san!"

"Bukannya malah bagus?" canda Izuku. Mau tidak mau, Dorothea terkikik kecil.

Izuku tidak percaya dia sudah mengenal gadis ini selama tiga tahun. Anak hijau itu dulu berpikir dia akan menghabiskan masa SMP-nya dengan bersembunyi dan lari dari perundung. Menuduk di lorong. Dan berusaha tidak membuat 'masalah'. Dia senang tebakannya salah.

Setidaknya dengan Dorothea, Izuku tidak kesepian lagi. Dan jika ada yang berani mengganggu anak itu, Dorothea bisa melapor.

Karena dia punya quirk. Jadi protesnya pasti didengar guru.

Karena itulah, anak-anak lain jadi jarang mengganggu mereka berdua. Hanya berbisik atau mencibir. Sesekali memvandalisme barangnya. Kecuali Katsuki. Dia masih sering mendorong dan membentak Izuku. Anak itu memang seperti quirknya. Tidak tahu cara melakukan sesuatu secara halus.

Namun—selain Katsuki—tidak ada kekerasan separah dulu. Dua calon hunter itu seakan melebur dalam latar belakang.

Mereka tidak keberatan. Lebih baik bersama teman yang kau percaya daripada mereka yang berpura-pura.

"Toh, sebentar lagi kita lulus." Izuku tersenyum. "Jadi kau tidak perlu khawatir."

"Yeah," gumam sahabatnya itu.

Mereka berdua melangkah beriringan di jalanan sempit. Langit sudah mulai memerah. Bahkan jalanan sudah sepi. Hanya ada seorang pria dengan jaket kulit berjalan di depan.

"Ah, aku harus bilang apa ke Okaa-san dan Otou-san?"

"Kau bisa bilang kau dibully—"

"Dorothea-san..."

"Ugh! Oke, oke, kau bisa bilang kau harus mencari buku yang salah ditaruh. Secara teknis itu tidak bo—"

Bip.

Langkah mereka berhenti.

Mata terbelalak.

Dorothea menarik meteran anomali dari saku roknya. Tampak titik merah di sana.

Normal ; InterweaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang