Sebelum salah satu anak itu bisa menjawab pertanyaan Aizawa, Nikky melangkah maju. Dia mendekati Iida dan meneliti luka-lukanya.
"Duduk."
Walau masih bingung, Iida menurut. Dia duduk bersila di jalan. Sementara Nikky berlutut di sampingnya. Tangan ditaruh di atas luka yang terbuka. Sebelum api keemasan menyala.
Iida berjengit. Namun, api itu tidak panas. Malah hangat.
Dia merasakan lukanya yang perih kini kebas. Kulit yang berdarah perlahan menutup. Menjahit kembali menjadi satu. Hanya meninggalkan bekas kecil. Seperti sudah dirawat selama beberapa hari.
"Wow..." bisik Iida takjub.
"Phoenix's Flames, quirkku." Nikky tersenyum. "Siapa lagi yang terluka?"
"Dia." Dorothea menunjuk Pro Hero Native yang masih duduk lemah di dinding salah satu bangunan. "Izuku juga, tapi sudah dibebat. Sepertinya tidak parah."
Nikky mengangguk. Dia menyelesaikan semua luka Iida. Lalu beralih ke Native. Butuh sedikit lebih banyak waktu untuk Pahlawan itu. Namun, dari ekspresinya, dia sangat berterima kasih. Setelah itu, dia menyembuhkan Izuku.
"Kerja bagus kiddos!" puji Monika. Dia merangkul Dorothea.
"Kami melihat kau mengalahkan gigant itu! Hebat sekali!"
Aizawa menyela. "Ngomong-ngomong soal itu—"
"Aku masih butuh penjelasan."
"Dan kau akan mendapatkannya, Eraserhead," kata Nikky. Akhirnya selesai dengan luka Izuku. Dia menggelengkan kepala.
"Kau masih tidak sabaran. Sama seperti dulu."
"Err—kalian kenal satu sama lain?" tanya Shinsou.
"Orang ini—" Nikky memberi gestur ke guru mereka itu dengan jari jempol. "Dulu mengejarku setiap patroli. Aku tidak tahu apa masalahnya!"
"Kau terlihat seperti vigilante."
"Aku sudah memberimu lisensiku!"
"Dan aku masih tidak tahu apa yang organisasimu lakukan."
"Itu poin dari organisasi rahasia, you little—"
"Oke, oke!" Monika menyela kedua orang dewasa itu. Dia mendesah. "Sumpah, kalian itu mirip pasutri tua saja."
Nikky dan Aizawa langsung protes bersamaan.
Remaja yang ada di sana mati-matian menahan tawa. Setidaknya, Shinsou, Dorothea, dan Izuku. Todoroki hanya kelihatan pasrah. Mulai terbiasa dengan keanehan yang meliputi tiga orang itu. Sementara Iida kelihatan terkejut melihat sang guru yang biasa berwibawa—walau sedikit malas—tiba-tiba terlibat cekcok seperti anak kecil.
"Uh—maaf, Ma'am—" Iida angkat bicara dengan suara kecil. Takut tidak sopan. "Kalian berdua ini... Pahlawan?"
"Pfft! Pahlawan..." ucap Monika sembari terkekeh. Seakan Iida baru saja mengatakan sebuah lelucon. Dia melepas tangannya dari pundak Dorothea.
"Pekerjaan kami jauh lebih menyenangkan dari itu, kiddo!"
"Aku tidak akan bilang menyenangkan," sanggah Nikky. Dia mendesah panjang.
"Kau tahu apa? Sebaiknya kita bicarakan ini nanti. Sekarang—"
Terdengar suara sirine mendekat.
Diikuti langkah kaki dan—
"SHOOOOOTOOOOOO!!"
Para murid U.A. dan Aizawa langsung menengok ke Todoroki. Wajah si rambut dwiwarna sedikit memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; Interweave
FanfictionAlternate Universe dari 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Bisa dibaca sebagai stand alone. *** Hidup Midoriya Izuku berubah pada umur 4 tahun, saat dia tahu dia tidak mempunyai quirk. Dan mimpi menjadi Pahlawan pupus dari matanya. Akan tetapi, hidupnya...