24. Everyone's Holiday

265 51 28
                                    

Dorothea bangun mendengar suara lagu pop keras. Dia meraba-raba nakasnya sembari menggerutu. Setelah jari merasakan ponsel, sang gadis meraihnya dan mematikan alarm yang muncul di layar. Aneh, ini masih hari libur. Kenapa alarmnya sudah berbunyi?

Dia menguap. Mata masih separuh tertutup ketika melihat notifikasi pesan di layar. Dari Izuku.

***

Private Messages
You >> Broccoli Boi

Broccoli Boi
Aku dan Mei-san pergi ke bengkel Saiki hari ini.

Broccoli Boi
Good luck soal Shinsou-kun.

***

Dorothea merutuk di balik napasnya.

Benar, itu sebabnya dia menyetel alarm pagi-pagi di hari libur.

Hari ini dia akan memberi tahu Shinsou.

"Uuugh..." Dorothea mengerang sembari membenamkan wajahnya ke bantal. Jujur, sang gadis tidak terlalu bersemangat untuk ini.

"Pagi, Dorothea!"

Suara Eins yang riang membuat sang gadis tersadar. Dia menengok melihat sang hantu yang menembus dinding kamarnya dengan santai. Ada senyum kecil di wajah pucat semitransparan makhluk itu.

"Apa kau sudah siap?"

"Entahlah," gumam Dorothea sembari mengucek mata. Wajahnya murung.

"Bagaimana kalau dia menganggapku aneh?"

"Hei, jangan berpikiran buruk dulu." Eins melayang mendekat. 'Duduk' di kasur di samping Dorothea. Dia 'menepuk-nepuk' kepala sang gadis.

"Kupikir Shinsou akan mengerti. Kalau tidak, kita bisa menggeretnya ikut ke salah satu patroli malammu dan Izuku."

Dorothea terkekeh.

"Boleh juga. Menjadikannya umpan demon ganas pasti bisa meyakinkan semua orang kalau mereka ada."

Keduanya bertukar tawa. Akhirnya, Dorothea bangkit dari tempat tidur sembari meregangkan tubuh.

"Ayo, Eins. Sebaiknya kita tidak membuat Shinsou menunggu."

***

"Aku tidak percaya ini! Greenie, cubit aku!"

"Kau sudah mengatakan itu tiga kali, Mei-chan. Dan tidak, aku tidak akan mencubitmu. Lagi."

Begitu kedua anak itu masuk ke bengkel Saiki, mata Hatsume langsung menyala bak anak kecil di toko permen. Sejenak, dia bahkan hanya terpatung. Mulut menganga. Izuku takut kawannya itu kena stroke ringan.

Namun, begitu sadar, Hatsume langsung sibuk meracau dan menunjuk berbagai benda. Bersemangat menarik Izuku diantara onderdil dan besi yang teronggok di bengkel berantakan Saiki.

"Aku tidak pernah melihat alat-alat seperti ini sebelumnya!" ucap Mei separuh menjerit. "Oh! Apa aku sudah mati? Tempat ini seperti surga!"

"Aku seratus persen yakin kau masih hidup, nak."

Hatsume langsung diam.

Mereka menoleh. Melihat Saiki Kazuhiko tersenyum dengan cengiran lebar.

"Selamat datang di l'atelier de Saiki!"

Laki-laki itu menunduk dengan elegan. Walaupun pipinya tercoreng oli dan ada baut mengintip dari rambut berantakannya. Ketika kepala kembali terangkat, dia masih menyeringai.

Normal ; InterweaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang