Sejak pertemuannya dengan Izuku dan imp malam itu, Dorothea jadi punya teman untuk keluyuran malam hari dan mencari demon yang belum diurus anggota resmi The Children. Dan karena ayah Izuku ternyata satu-satunya hunter aktif di Musutafu, tugas mereka cukup banyak.
Untung biasanya hanya tier 1 atau 2. Urutan 3 ke atas yang lebih berbahaya selalu diprioritaskan oleh Hisashi. Jadi, mereka tidak terlalu kesulitan.
Seperti malam ini.
Dorothea bangun oleh bunyi bip. Sebelum mengirim lokasi distrik pembangunan ke Izuku. Anak itu belum punya meterannya sendiri. Jadi Dorothea yang harus menyuplai informasi munculnya demon.
Lokasi itu diikuti dengan pesan 'tier 2'. Izuku sudah paham maksudnya.
Sekarang, gadis itu berdiri di salah satu atap setengah jadi. Tangannya menggenggam meteran anomali. Mata emas memperhatikan pergerakan titik merah di layar.
Berusaha keras tidak mengacuhkan pria semi-transparan di sampingnya.
"Bukannya ini terlalu malam untuk gadis kecil keluar?"
Dorothea berusaha keras untuk tidak menengok dan membentak makhluk sialan itu. Memilih untuk mengeluarkan ponsel. Menekan nomor Izuku.
"Midoriya-san? Dimana posisimu?"
"Aku sudah melihatnya. Kau?"
"Di atap beberapa blok ke barat."
"Ah baik, kalau begitu—uh, Dorothea-san, dia bergerak ke arahmu!"
Benar saja, titik merah di layar mulai berpindah lebih cepat.
"Baiklah, kau mengejarnya?"
"Yep! Dia cepat!"
Dari jauh, dia sudah bisa melihat monster itu berlari di jalanan. Berdiri di atap memang memberikan pandangan luas.
"Hitungan tiga, kau tutup matamu."
"Huh?"
"Satu..."
Dorothea mengeluarkan sesuatu kecil bulat dari tasnya.
"Hei, tunggu—"
"Dua..."
Dorothea menunggu sampai demon itu dekat.
"Tiga!"
Dia menarik pin di benda itu. Lalu Menjatuhkannya tepat di depan si monster.
Dan cahaya membuncah di jalan. Mengiluminasi malam.
Dorothea sendiri harus berpaling. Menutupi mata dengan lengan. Efek bom itu bisa membuatmu buta sesaat.
Setelah cahayanya dirasa cukup meredup, barulah gadis itu berani mengintip ke jalan di bawah.
Izuku ada di sana. Tangannya melambai ketika dia mendongak dan menatap Dorothea. Tandanya masih bisa melihat.
Baguslah dia menuruti perintah tadi.
Dorothea melompat. Berpegangan pada tiang air. Jatuh ke balkon kecil. Lalu turun dengan tangga api yang ada di sana.
"Itu—itu light grenade? Darimana kau dapat light grenade?" tanya Izuku setelah dia mendekat.
"Tidak penting." Si gadis hanya mengendikkan bahu.
Mereka mendekati onggokan demon di tanah. Masih ada kepala menggeram dan menggeliat. Impresif, makhluk itu masih hidup setelah terkena bom cahaya. Biasanya hyaepine langsung mati jika terkena sinar barang sedikit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; Interweave
FanfictionAlternate Universe dari 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Bisa dibaca sebagai stand alone. *** Hidup Midoriya Izuku berubah pada umur 4 tahun, saat dia tahu dia tidak mempunyai quirk. Dan mimpi menjadi Pahlawan pupus dari matanya. Akan tetapi, hidupnya...