Izuku sampai di aula dengan teman sekelasnya yang lain. Sejauh ini, sikap mereka santai saja. Tidak ada yang memandang jijik atau menggosok lengan mereka jika tanpa sengaja menyenggol Izuku.
Mungkin U.A. memang berbeda.
Aula berisi kursi-kursi yang ditata rapi. Setiap Prodi mendapat tempat mereka masing-masing. Izuku memastikan kursi disampingnya kosong untuk Dorothea.
Kebisingan memenuhi ruangan. Masih banyak anak bercakap dan berkenalan. Izuku sendiri memilih untuk melamun. Sesekali melirik ke pintu masuk. Aneh, Dorothea lama juga. Mungkin letak toilet jauh dari aula.
Dia mendengar suara pengeras suara diketuk dari panggung. Mengeluarkan dengungan yang cukup untuk menarik perhatian para murid agar diam.
Seseorang—atau tikus—atau beruang—tampak berdiri di mimbar. Dia yang mengetuk mic di depan.
"Nah, karena kalian sudah tenang, ayo langsung saja!" Si tikus-beruang berbulu putih di panggung itu menepukkan tangan.
"Nah, apakah aku tikus? Anjing? Beruang? Yang jelas, aku Kepala Sekolah kalian! Nezu!"
Jiwa hero nerd Izuku serasa meraung.
Itu Nezu! Pemilik High Specs itu sendiri!
Ternyata, walaupun sudah lebih sibuk dengan berburu, sisi Izuku yang tertarik dengan Pahlawan dan quirk tidak mati-mati amat.
Tangannya bahkan sudah gatal ingin membuat catatan. Sayang sekali, dia meninggalkan semua alat tulisnya di kelas.
Ngomong-ngomong soal Pahlawan—
Izuku menengok ke sebelah kiri aula. Banyak kursi yang masih kosong disana. Jika dilihat dari urutan tempat duduk, harusnya itu untuk kelas 1-A dan 1-B. Prodi Pahlawan.
Bruk.
Izuku tersentak dari lamunannya. Saking fokusnya, dia tidak sadar Dorothea sudah datang dan menjatuhkan diri di kursi sebelahnya.
Wajahnya pucat.
"Kau baik-baik saja, Dorothea-chan?"
Gadis itu membuka mulut. Kemudian menutupnya lagi. Melihat ke kanan kiri dengan ragu. Lalu menelan ludah.
"Nanti saja."
Izuku hanya mengangguk bingung. Akan tetapi, akhirnya tetap mengalihkan pandangan ke depan. Kembali menyimak pidato Nezu. Yang mulai membahas soal sejarah berdirinya U.A. dan darimana mereka mendapat mottonya.
Menit berlalu dengan lambat, Nezu masih belum selesai. Terus menerus berbicara soal sejarah dan ekualitas. Dia berjanji bahwa semua Prodi itu penting dan semacamnya.
Memasuki dua puluh menit pertama, akhirnya sang Kepala Sekolah menyelesaikan pembukaan pidatonya.
Ah, jadi dia guru yang seperti itu.
Izuku menyamankan posisi duduknya. Sementara Dorothea agak merosot di kursi.
Ini akan lama.
***
Pidato Nezu selesai tepat saat bel makan siang berbunyi. Anak-anak yang kelaparan langsung berduyun keluar dari aula. Termasuk Izuku dan Dorothea.
Gadis tersebut masih menatap awas sekelilingnya. Dia tidak melihat hantu berambut putih di kamar mandi tadi. Namun, tetap saja, dia masih merasa diawasi.
"Hantu?" bisik Izuku. Sesudah Dorothea menceritakan apa yang terjadi. Mereka berdua sedang mengantru untuk memesan makan siang.
"Apa dia mau sesuatu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Normal ; Interweave
FanfictionAlternate Universe dari 'Normal (A BNHA Fanfiction)'. Bisa dibaca sebagai stand alone. *** Hidup Midoriya Izuku berubah pada umur 4 tahun, saat dia tahu dia tidak mempunyai quirk. Dan mimpi menjadi Pahlawan pupus dari matanya. Akan tetapi, hidupnya...