31. Ordinary Day Out

229 45 23
                                    

Hubungan Dorothea dengan otoritas sekolah tidak bisa dibilang mulus.

Dulu, sewaktu SD, banyak anak yang menjauhinya karena terlanjur tahu soal 'bakat'-nya. Para guru juga tidak melakukan apapun. Mereka malah ikut mengecapnya anak aneh yang punya imajinasi liar.

Lalu, masa SMP datang.

Dia pindah ke Jepang.

Jika dia pikir SD-nya buruk, maka SMP Aldera seratus kali lebih parah.

Diskriminasi quirk terjadi disana-sini. Baik terlihat maupun tidak. Para guru tidak peduli. Mengalihkan pandangan setiap pertikaian terjadi. Pura buta dan pura tuli.

Ya, dia tidak mendapat masalah. Tidak ada yang tahu soal bakat sampingannya. Dan quirknya bisa dianggap 'lumayan' untuk sebagian besar. Jadi, dia tidak banyak dijauhi.

Beberapa murid bahkan tertarik untuk berteman. Sayang, Dorothea melihat murid yang sama menendang anak dengan 'quirk lemah' di koridor. Jadi, gadis itu memilih menjauh.

Baru seminggu berlalu. Dan Dorothea sudah mempertimbangkan pindah.

Namun, semua itu berubah setelah dia bertemu Midoriya Izuku.

Dia tiba-tiba punya alasan untuk tetap di Aldera.

Bersama-sama, mereka melewati banyak hal. Tidak hanya demon, sihir, dan misi tengah malam. Namun juga bully yang ada di sekolah. Dan guru-guru yang tidak adil.

Itu sebabnya, Dorothea tidak suka berurusan dengan badan pengurus sekolah. Dan walaupun SMA U.A. itu berbeda...

Duduk di depan Nezu selalu membuatnya merinding. Entah mengapa.

Mereka duduk di lounge area untuk guru di SMA Kepahlawanan itu sehari setelah mereka pulang dari Hosu. Sesuai yang dikatakan Aizawa, Nezu tertarik untuk tahu lebih dalam soal The Children. Akhirnya, setelah beberapa panggilan telepon dan diskusi, Nikky dan Hisashi setuju untuk datang dan menjelaskan.

Sekarang, si tikus sedang sibuk mendengarkan Hisashi yang duduk di depannya. Soal Children of Earth, The Silent Hands, dan dunia abnormalitas.

"Dan ini—" ucap Hisashi. Memberi gestur ke Dorothea yang duduk diapit oleh Nikky dan pria itu.

"Dorothea Tuning. Sang Mata. Agar makhluk itu bisa masuk kemari, dibutuhkan darah dan kesaksiannya dalam ritual."

Sang gadis berjengit sedikit. Dia tidak pernah suka mengingat hal itu. Untung Eins ada di belakangnya. Dengan sigap 'menaruh' tangan di pundak Dorothea. Hawa dingin itu membuat sang gadis merasa lebih tenang.

"Begitu, huh?" dehum Nezu. Tangan kecil terlipat di meja. "Kalau begitu kenapa kalian tidak—"

"Dorothea tidak meminta menjadi Sang Mata," sela Nikky. Dua manik beda warna di matanya menatap tajam.

"Jadi, kami tidak akan mengurung atau memperlakukannya seperti sebuah ancaman. Children of Earth akan menghormati keputusannya."

Kepala sekolah itu menepukkan tangan. "Ah, benar, benar. Itu pilihan yang bagus." Kemudian dia bergumam kecil.

"Aku selalu tahu kalau organisasi kalian ada. Namun, mengetahui semua ini agak... mengejutkan."

Dua manik hitam Nezu melirik ke Dorothea.

"Terlebih soal anda, Miss Tuning," ucapnya. "Apa kau yakin kita tidak bisa menarik bantuan polisi? Pahlawan?"

"Apa menurutmu mereka cukup bersih, Nezu-san?" sanggah Hisashi. "Memang kau tahu berapa banyak oknum polisi di luar sana? Atau kau sangat naif dan berpikir semua Pahlawan itu orang baik?"

Normal ; InterweaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang