20. Helping Hands

298 47 22
                                    

Keluarga Tuning, Nikky, dan Hisashi duduk melingkari meja dapur The Hourglass yang sempit. Sementara Monika memilih berdiri. Namun, wajah sendu terpasang di muka mereka semua.

Ada ketegangan di antara mereka. Tentu saja. Subjek yang mereka bahas bukan hal mudah. Selalu begitu jika menyangkut The Silent Hands.

Nikky menaruh berkas Kuba Hisao di atas meja. Mendesah berat selagi dia mengurut pangkal hidungnya.

"Nihil."

Atmosfir suram di ruangan makin berat.

"Kami berusaha mencari tahu koneksi The Silent Hands lewat maniak ini," lanjut wanita itu. "Tetapi dia sama sekali tidak buka mulut."

"Kami juga tidak bisa menemukan aktivitas organisasi itu dimanapun," tambah Monika.

"Mereka terlalu... kecil. Terlalu sedikit. Ini seperti mencari satu tikus spesifik di kota yang ramai."

"Bugger," desis Avery di balik napasnya. Dia berdehum kecil.

"Apa kita tidak punya sumber lain? Apa saja? Siapa saja?"

Hening sejenak.

Nikky dan Monika saling bertukar pandang. Melakukan percakapan tanpa suara. Sampai akhirnya Nikky mendesah.

"Ya, kita punya. Sebenarnya, itu alasan kalian di sini."

Jawaban Nikky tidak lebih dari sebuah gumaman. Mata hijau-biru berpaling. Tangan anggota The Children itu mulai memainkan rambut hitamnya yang panjang.

"Aku bisa merasakan 'tapi' di kalimatmu, Nikky-san," celetuk Hisashi.

Wanita yang disebut mendesahkan napas berat. "Ya, memang. Kita punya sumber tapi—"

Netra heterokromatik menatap ke Dorothea.

"Dia hanya mau bicara denganmu, kit."

Alis si rambut merah yang disebut menukik. Dia menggigit bibir. Menatap langsung ke mata dwiwarna dengan penasaran.

"Memang, siapa orang ini?"

Lagi-lagi diam.

Monika menyilangkan tangan di dada. Tubuh bersandar ke kitchen counter selagi wanita itu berdehum.

"Kau ingat orang yang menyerangmu sewaktu masih SMP?"

Alis Dorothea naik. "Huh?"

"Yang dirasuki oleh wraith?"

Si gadis mengangguk pelan. Bayangan eksorsisme dadakan yang harus dilakukan Izuku masih ada di otaknya.

"Kenapa dengan dia?"

"Well—" gumam Monika.

Dia meraih ke stopmap lain yang ada di meja. Membukanya. Tampak wajah orang yang sama yang menyerangnya pulang sekolah beberapa tahun lalu.

"Namanya Ando Kuroo, 24 tahun," jelas wanita berambut pirang itu. Mata biru Monika menyipit melihat foto pria di dalam stopmap.

"Kami seratus persen yakin The Silent Hands yang memberinya tanda perasukan," ucapnya. "Jadi, ada kemungkinan besar dia pernah melakukan kontak dengan mereka."

Nikky mendesah. "Itu sebabnya, kami berusaha mengorek informasi darinya namun—"

Dorothea menelan ludah.

Gadis itu calon anggota Children of Earth. Dia melahap buku tentang sihir, demonologi, dan taumaturgi sejak kecil. Seakan itu bacaan ringan. Sang gadis sekarang punya bestiary soal demon yang lumayan permanen di kepalanya.

Normal ; InterweaveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang